Di antara barang-barang yang mereka bawa adalah arquebus korek api, sejenis senjata api yang relatif mudah digunakan, namun mampu menembus baju zirah yang dikenakan oleh samurai di medan perang.
Penguasa Tanegashima, Tanegashima Tokitaka, tertarik dengan senjata baru ini dan membeli dua di antaranya. Dia juga menyewa seorang pembuat senjata Portugis untuk mengajari pandai besinya sendiri cara membuatnya. Peristiwa ini menandai dimulainya produksi senjata api di Jepang, dan dimulainya perubahan signifikan dalam teknologi militer negara tersebut.
Reaksi awal terhadap senjata api di antara kelas samurai beragam. Di satu sisi, samurai membanggakan kemampuan bela diri mereka, khususnya dalam memanah dan ilmu pedang.
Senjata api bisa membunuh dari jarak jauh. Keunggulan praktis senjata api tidak dapat disangkal. Peluru dari arquebus bisa menembus baju besi samurai, sesuatu yang sering sulit dilakukan oleh panah dan pedang sebagai alat utama samurai Kekaisaran Jepang dalam berperang.
Selain itu, senjata api dapat digunakan secara efektif oleh ashigaru, prajurit pejalan kaki yang membentuk sebagian besar tentara Jepang tetapi tidak memiliki pelatihan bela diri samurai yang ekstensif.
Seorang daimyo dengan akses ke senjata api dapat meningkatkan daya tembak pasukannya secara signifikan, bahkan jika hanya sebagian kecil dari pasukannya yang merupakan samurai.
Terlepas dari skeptisisme awal, keunggulan praktis senjata api tidak dapat diabaikan. Penggunaan senjata api pertama yang signifikan dalam pertempuran Jepang terjadi pada tahun 1549, hanya enam tahun setelah Portugis pertama kali memperkenalkannya.
Peristiwa ini menandai dimulainya pergeseran dalam peperangan samurai, karena potensi senjata baru ini mulai direalisasikan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR