Berbeda dengan Mithridates, Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang menggunakan racun untuk menjadi abadi.
Ia adalah pendiri Dinasti Qin, dinasti pertama yang memerintah Kekaisaran Tiongkok yang bersatu.
Setelah penaklukannya dan penyatuan Tiongkok, Qin Shi Huang memulai konsolidasi kekuasaan dan warisannya. Yang paling terkenal adalah Tembok Besar Tiongkok dan Tentara Terakota. Namun selain itu, ia juga dikenal sebagai pencari ramuan keabadian.
Seiring bertambahnya usia kaisar, dia menjadi terobsesi untuk mendapatkan keabadian. Beragam cara dilakukan untuk bisa hidup abadi.
Pencarian ramuan itu semakin intensif. Kemudian, sang kaisar menemukan resep yang mengandung merkuri dalam jumlah tinggi yang sangat beracun. Ia pun meninggal tidak lama setelah mengonsumsi ramuan itu.
Dalam sejarah manusia, kematiannya tragis sekaligus memalukan. Upayanya agar bisa hidup abadi justru menuntunnya pada kematian.
Pyrrhus dari Epirus
Pyrrhus memerintah Kerajaan Epirus antara 302 – 272 Sebelum Masehi. Ia berhasil memimpin dan memenangkan perang melawan Republik Romawi. Meski menang, Pyrrhus dan pasukannya pun babak belur.
Setelah mundur dari Italia pada 275 Sebelum Masehi, kehilangan banyak pasukan dan harta untuk melawan Romawi. Oleh karena itu, Pyrrhus membuat keputusan untuk mulai menyerang tetangganya Yunani-Makedonia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sumber daya yang hilang akibat perang sebelumnya.
Awalnya, serangan militer ini sukses. Pyrrhus mengalahkan Raja Makedonia, Antigonus Gonatas, di Pertempuran Aous. Ia kemudian menaklukkan sebagian besar kerajaannya.
Namun, serangan militer tersebut berubah menjadi lebih buruk dalam upayanya untuk menaklukkan Sparta. Pasukannya mendapatkan serangan balik Sparta, serta kedatangan bala bantuan Sparta yang tiba-tiba. Semua itu menyebabkan kematian rekan raja dan banyak pasukannya, dan juga anaknya, Ptolemeus.
Situasi Pyrrhus akan menjadi lebih buruk ketika dia diminta untuk campur tangan dalam perselisihan sipil di Kota Argos. Secara alami, Pyrrhus menafsirkan ini sebagai validasi yang dia butuhkan untuk mengepung dan menyerang kota.
Ia dan pasukannya diizinkan masuk ke kota oleh Aristeas, politisi Argive yang mendukung Pyrrhus. Pyrrhus menggunakan tentara bayaran Celtic untuk mengamankan pasar dan membangun pijakan di kota. Sadar akan kehadiran Pyrrrhus, garnisun kota mengambil posisi bertahan.
Saat fajar, Pyrrhus berusaha menarik pasukannya dari kota. Usaha yang menjadi lebih sulit ketika mayat salah satu gajahnya memblokir gerbang. Gajah lainnya panik dan mulai mengamuk di seluruh kota.
Pertempuran berikutnya sangat brutal dan Pyrrhus ditikam oleh seorang prajurit muda Argive. Beruntung bagi Pyrrhus, tikaman itu tidak fatal. Ia pun berbalik untuk membunuh bocah itu. Ironisnya, ibu prajurit muda itu sedang mengamati dari atap terdekat.
Menurut Plutarch, “Wanita itu dipenuhi amarah dan ketakutan. Ia mengambil batu dengan kedua tangannya dia melemparkannya ke Pyrrhus."
Lemparan itu mengenai pangkal lehernya. Namun tidak diketahui apakah lemparan batu itulah yang membunuh Pyrrhus. Kepalanya pun akhirnya dipenggal oleh tentara Makedonia. Seorang raja yang begitu hebat berperang harus tewas karena sepotong batu yang dilempar oleh wanita.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR