Nationalgeographic.co.id—Anjing adalah salah satu hewan peliharaan favorit dari semua spesies di dunia hewan dan menjadi bagian hidup manusia. Anjing seringkali dianggap lebih setia dibandingkan kucing yang cenderung soliter. Jadi, benarkah anjing benar-benar mencitai manusia?
Dalam banyak kisah, anjing memiliki banyak prestasi yang dilakukan untuk pemiliknya dan menjadi legenda. Seperti kisah tentang anak anjing yang memimpin pekerja penyelamat pemiliknya yang terluka, atau anjing yang membawa serum untuk wabah di Alaska.
Akan tetapi, pertanyaan sering muncul dalam situasi yang luar biasa ini. Apakah anjing membantu karena mereka mencintai kita, atau karena mereka melihat kita sebagai tiket makan?
Jika para ahli dan penelitian dapat dipercaya, menurut mereka anjing mungkin memang lebih mencintai manusia daripada makanan.
"Saya benar-benar yakin bahwa anjing kami mencintai kami. Tidak ada keraguan dalam pikiran saya," kata Clive Wynne, seorang profesor psikologi di Arizona State University dan direktur University of Canine Science Collaboratory, kepada Live Science.
Tentu saja, memiliki pendapat tentang peliharaan dari dunia hewan adalah sesuatu yang menarik. Membuktikan cinta - suatu prestasi yang masih merongrong manusia - adalah hal yang sama sekali berbeda.
Akan tetapi, penelitian tentang berbagai pengalaman dengan anjing, semuanya dilakukan oleh pemilik anjing yang penasaran dengan dunia hewan.
Gregory Berns, ahli saraf di Emory University di Georgia melakukan penelitian setelah kematian anjing kesayangannya yang bernama Newton.
Berns adalah penulis buku "How Dogs Love Us: A Neuroscientist and His Adopted Dog Decode the Canine Brain" (New Harvest, 2013).
Ia mengaku menjadi penasaran dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan anjing. “Bagaimana Rasanya Menjadi Anjing: Dan Petualangan Lain dalam Ilmu Saraf Hewan."
Jadi, dia melatih anjingnya, Callie, dan anjing lainnya untuk mentolerir kebisingan di dalam ruang pencitraan MRI dan kemudian menganalisis aktivitas otak mereka.
Dia kemudian mengarahkan anjing-anjing itu ke berbagai aroma dari anjing dan orang yang dikenal dan tidak dikenal.
Source | : | Live Science,Current Biology,Behavioral Processes,Peer J |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR