Mumi itu kemudian ditempatkan di peti mati atau lubang pemakaman yang disiapkan khusus, siap untuk perjalanannya ke alam baka.
Orang Mesir kuno memumikan berbagai macam hewan, masing-masing untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan temuan arkeologi dan catatan sejarah, kita dapat mengkategorikan mumi hewan ini menjadi empat jenis utama yaitu; hewan peliharaan, persembahan nazar, hewan suci, dan mumi kemenangan.
Mumi Peliharaan
Kucing, anjing, monyet, dan bahkan burung sering dipelihara sebagai hewan peliharaan. Orang-orang Mesir kuno sangat berduka atas kematian hewan-hewan ini. Hewan peliharaan ini dimumikan dan dikubur bersama pemiliknya untuk menemani mereka di akhirat.
Mumi hewan-hewan ini sering disiapkan dengan hati-hati dan ditempatkan di peti mati atau lubang pemakaman yang dibuat khusus.
Persembahan Nazar
Mereka diciptakan sebagai persembahan kepada para dewa dan sering dijual kepada para peziarah di kuil, yang kemudian akan mempersembahkannya sebagai hadiah kepada para dewa.
Hewan yang dipilih untuk mumi ini biasanya diasosiasikan dengan dewa yang kepadanya mereka dipersembahkan. Misalnya, mumi ibis dipersembahkan kepada Thoth, dewa kebijaksanaan, sedangkan mumi kucing dipersembahkan kepada Bastet, dewi rumah, kesuburan, dan persalinan.
Hewan Suci
Hewan-hewan tertentu diyakini sebagai manifestasi fisik dari para dewa itu sendiri. Hewan-hewan ini diperlakukan dengan sangat hormat selama hidup mereka dan dimumikan setelah kematian mereka.
Banteng apis adalah contoh utama hewan suci. Diyakini sebagai perwujudan dewa Ptah, banteng apis dirawat selama hidupnya dan setelah kematiannya, ia dimumikan dan dikuburkan dengan upacara besar di Serapeum di Saqqara.
Mumi Viktual
Mumi ini adalah persembahan makanan untuk dikonsumsi almarhum di akhirat. Mereka biasanya termasuk potongan daging, unggas, dan ikan. Mumi ini sering ditemukan di makam orang yang meninggal, ditempatkan di sana untuk memberikan rezeki bagi jiwa di akhirat.
Dalam catatan sejarah Mesir kuno, pada intinya mumifikasi hewan mempunyai makna dan tujuan masing-masing.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR