Nationalgeographic.co.id – Mumifikasi hewan adalah praktik dalam sejarah Mesir kuno yang menarik dan mempunyai tujuan tertentu.
Dalam catatan sejarah, orang Mesir kuno terkenal dengan kepercayaan agama mereka yang kompleks, ritual yang rumit, dan pencapaian luar biasa dalam arsitektur dan seni.
Praktik mumifikasi hewan bukan hanya perpanjangan dari mumifikasi manusia, melainkan juga tradisi unik dan penting yang memiliki implikasi agama, sosial, dan ekonomi yang signifikan.
Hewan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan kepercayaan spiritual orang Mesir kuno.
Mereka tidak hanya dilihat sebagai hewan beban atau sumber makanan, tetapi juga sebagai bagian integral dari masyarakat, agama, dan ekonomi dalam sejarah Mesir kuno.
Hubungan orang Mesir kuno dengan hewan memiliki banyak segi, mencakup aspek praktis, simbolis, dan ilahi. Hewan melayani berbagai peran dalam masyarakat Mesir kuno. Hewan peliharaan seperti sapi, kambing, dan babi menyediakan makanan dan material seperti kulit dan wol.
Keledai dan lembu digunakan untuk transportasi dan pekerjaan pertanian, sedangkan kucing dan anjing dipelihara sebagai hewan peliharaan dan juga dihargai karena kemampuannya mengendalikan hama.
Secara simbolis, hewan sering digunakan dalam seni dan mitologi Mesir kuno untuk mewakili berbagai konsep dan dewa.
Misalnya, singa melambangkan kekuatan dan kekuatan, ibis dikaitkan dengan kebijaksanaan, dan elang dikaitkan dengan langit dan dewa matahari, Ra.
Asosiasi simbolik ini meluas ke ranah tulisan hieroglif, dengan banyak simbol binatang digunakan untuk mewakili suara atau gagasan dalam sejarah Mesir kuno.
Pada tingkat ketuhanan, banyak hewan dianggap suci dan diasosiasikan dengan dewa dan dewi tertentu.
Kucing, misalnya, dikaitkan dengan dewi Bastet. Sedangkan ibis dan babon dikaitkan dengan dewa Thoth. Beberapa hewan bahkan diyakini sebagai manifestasi fisik dari para dewa itu sendiri.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR