Nationalgeographic.co.id—Dulu, keputusan investasi hanya soal profit dan risiko. Namun, di tengah krisis iklim dan meningkatnya kesadaran sosial, cara sebuah bisnis beroperasi kini sama pentingnya dengan laporan keuangannya.
Di sinilah Environmental, Social, and Governance (ESG) hadir sebagai standar baru yang mengubah lanskap bisnis dan investasi. Sejak awal abad ini, pasar dan permintaan akan keahlian ESG meroket.
Bagi banyak perusahaan, ESG bukan lagi sekadar tren, melainkan sebuah strategi fundamental untuk tetap kompetitif dan mempertahankan talenta terbaik. Survei PwC menunjukkan bahwa 83% dari 5.000 konsumen di Eropa dan Amerika percaya perusahaan harus menerapkan praktik terbaik ESG.
Tak hanya konsumen, 76% dari 1.250 karyawan di wilayah tersebut lebih memilih bekerja atau mendukung perusahaan yang memiliki pandangan sosial dan lingkungan sejalan dengan nilai-nilai mereka.
Namun, di balik optimisme ini, ESG tak luput dari kritik tajam. Ada yang menuduhnya hanya sekadar "greenwashing" korporat, sementara yang lain mempertanyakan relevansi dan legitimasinya secara keseluruhan.
Lalu, apa saja kritik terbesar terhadap ESG? Apakah kritik ini valid, dan bagaimana perbandingannya dengan manfaat yang ditawarkannya?
Kritik Terhadap ESG yang Semakin Meningkat
Berikut ini 5 kritik terbesar tentang ESG yang belakangan semakin sering muncul ke permukaan, seperti dilansir di laman resmi University of the Built Environment.
1. Hanya Sekadar Gerakan Humas (PR)
Salah satu kritik paling vokal terhadap ESG adalah tuduhan greenwashing. Banyak pihak khawatir bahwa perusahaan mengadopsi ESG semata-mata untuk meningkatkan reputasi di mata investor, karyawan, dan pelanggan, namun hanya menjadikannya "pelengkap" tanpa komitmen nyata.
Skeptisisme ini terlihat jelas di Inggris, di mana popularitas ESG di kalangan investor justru menurun. Pada tahun 2021, 65% investor mempertimbangkan faktor ESG, namun angka ini turun menjadi 53% pada tahun 2023.
Baca Juga: Lestari Forum 2025: Masyarakat Sudah Terapkan ESG, Namun Pemahaman Masih Rendah
KOMENTAR