Nationalgeographic.co.id—Penemuan makam Firaun Mesir Kuno, Tutankhamun pada tahun 1922 oleh arkeolog Inggris Howard Carter dianggap sebagai salah satu penemuan arkeologi terbesar sepanjang sejarah.
Makam tersebut sudah lama tidak tersentuh dan berisi beragam harta karun, termasuk emas, permata, dan artefak.
Namun, penemuan tersebut bukannya tanpa kontroversi. Legenda kutukan makam Tutankhamun masih bertahan hingga saat ini. Kutukan ditujukan kepada mereka yang mengganggu makam Firaun.
Dalam catatan sejarah, banyak orang yang terlibat dalam penggalian dan penelitian selanjutnya meninggal secara misterius, membuat beberapa orang percaya bahwa kutukan itu nyata.
Namun, ilmu pengetahuan modern dan analisis sejarah menunjukkan bahwa kutukan itu tidak lebih dari sebuah mitos, kombinasi takhayul dan sensasionalisme.
Kematian pertama yang terkait dengan kutukan terjadi pada tahun 1923 ketika Lord Carnarvon, pendukung keuangan penggalian tersebut, meninggal karena gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Kematian lain juga dikaitkan dengan kutukan tersebut, termasuk sekretaris pribadi Carter, yang meninggal karena keracunan arsenik.
Ahli radiologi yang melakukan rontgen mumi Tutankhamun juga meninggal karena penyakit misterius. Namun jika dicermati lebih dekat, kematian tersebut bisa disebabkan oleh sebab alamiah atau kebetulan.
Lord Carnarvon, misalnya, berada dalam kondisi kesehatan yang buruk sebelum ekspedisi dan terjangkit penyakit yang berpotensi fatal selama perjalanannya.
Kematian sekretaris juga disebabkan oleh alamiah, dan ahli radiologi tersebut memiliki riwayat masalah kesehatan.
Faktanya, dari 58 orang yang terlibat dalam penemuan dan penggalian makam Tutankhamun, hanya delapan orang yang meninggal dalam waktu satu dekade setelah penemuan tersebut.
Jumlah ini bukanlah angka yang luar biasa, mengingat usia orang-orang yang terlibat dan kondisi yang sulit pada saat itu. Oleh karena itu, asal muasal kutukan ini mungkin tidak berasal dari Mesir Kuno.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR