Nationalgeographic.co.id—Ada beragam cara untuk bersantai dan bersenang-senang. Contohnya seperti yang dilakukan oleh penguasa terakhir Dinasti Shang Tiongkok Raja Zhou Xin. Dalam sejarah Tiongkok kuno, ia merupakan salah satu raja yang melakukan beragam cara unik untuk bersenang-senang. Konon ia membuat danau anggur dan menghabiskan waktu di sana bersama permaisurinya.
Menurut catatan sejarah Tiongkok, danau anggur Raja Zhou Xin terbentang lebih dari 2 kilometer. Danau ini cukup besar sehingga kaisar bisa mengeluarkan kano dan mendayung mengelilingi lautan minuman keras.
Seakan masih belum cukup unik, ia pun membuat pulau buatan yang unik. “Pulau itu terletak di tengah-tengah danau,” tulis Mark Oliver di laman Ancient Origins. Lalu apa yang membuat pulau itu unik? Di pulau buatan itu, terdapat “hutan daging”. Terdapat ratusan tusuk sate yang terdiri dari beragam jenis daging yang digantung di dahan pohon-pohon.
Raja dapat menghabiskan waktunya dengan naik kano, mengambil anggur dari danau dan “memetik” daging dari pohon di pulaunya.
Danau dan pulau itu terletak di istana kesenangan milik Raja Zhou Xin. Ia kerap menyelenggarakan pesta pora di istananya itu. Sebanyak 3.000 orang akan memadati istananya. Atas perintahnya, mereka akan minum dari danau anggur seperti binatang. Para tamu bahkan menyelam ke dalam danau dan berenang.
Dan raja dan ratu akan duduk di tengah-tengah semua itu. “Mereka menikmati kekuasaan dalam keadaan mabuk,” tambah Oliver.
Ratu Daji dalam sejarah Tiongkok
Dikatakan bahwa Raja Zhou Xin sebenarnya adalah raja yang baik. Atau setidaknya, ia adalah pemimpin yang baik di tahun-tahun awalnya. Dia memiliki reputasi sebagai raja yang cerdas dan tenang dalam sejarah Tiongkok kuno.
Zhou Xin, pada dasarnya, hampir bertolak belakang dengan raja yang bersenang-senang di danau anggur.
Namun seiring bertambahnya usia, kebijaksanaannya itu tampaknya perlahan menghilang. Sulit untuk mengatakan dengan pasti apa yang terjadi, tetapi para penulis sejarah Tiongkok kuno menyalahkan istrinya, Ratu Daji.
Ratu Daji adalah salah satu wanita paling cantik di Tiongkok. Dan sejak pertama kali bertemu, Zhou Xin menjadi begitu terobsesi untuk membuatnya terkesan. Hal itu bahkan membuatnya melupakan tugas dan tanggung jawab di istana.
Daji adalah ratu yang gemar berpesta. Dia banyak minum dan berbicara secara terbuka tentang seks. Raja Zhou Xin melakukan segala yang dia bisa untuk membuatnya terkesan.
Setelah mereka bertemu, Raja Zhou mulai memerintahkan para musisi untuk menulis lagu-lagu untuk sang ratu. Dan, atas permintaannya, dia menghabiskan sebagian besar anggaran kerajaannya untuk membuat danau anggur yang sangat besar.
“Kamu harus memiliki kolam anggur dan hutan daging,” kata Ratu Daji, “untuk menunjukkan bahwa kamu melebihi semua bangsawan di kerajaan!”
Rakyat membenci sang ratu
Setidaknya, begitulah ceritanya. Sulit untuk memisahkan fakta dari fiksi. Beberapa cerita tentang Daji benar-benar tidak masuk akal. Salah satu versi legenda bahkan mengeklaim bahwa dia adalah roh rubah berekor sembilan yang bisa berubah bentuk. Menurut cerita, Ratu Daji memerintahkan agar tamu pestanya digiling menjadi bubur dan dituangkan ke dalam bak. Tujuannya agar dia bisa memakan daging mereka.
Mereka yang tidak menyukai sang ratu, menciptakan kisah-kisah mengerikan yang membuatnya tampak seperti monster. Mungkin itu dilakukan karena raja mengabaikan rakyatnya.
Bagi mereka, danau anggurnya lebih dari sekadar istana kesenangan. “Danau itu merupakan beban finansial yang menghancurkan seluruh kerajaan mereka,” Oliver menambahkan lagi. Dia membiayai pestanya dengan mengorbankan rakyatnya.
Raja juga membebani setiap orang yang berada di bawah komandonya dengan sangat berat. Dan selain mengambil uang rakyat, dia jarang muncul di istana.
Beragam hukuman kejam bagi para pembangkang
Orang-orang mulai marah. Bahkan ada yang tidak segan untuk menasihatinya. Namun raja tidak pernah menerima kritikan tersebut dengan baik.
Ketika paman raja mengeluh tentang pengaruh Daji dan pesta-pesta di danau anggur, Raja Zhou membedahnya hidup-hidup. Jantungnya yang masih berdetak dikeluarkan dari tubuhnya. Pada saat itu, konon hati orang-orang hebat mempunyai tujuh ruangan. Raja bercanda dengan mengatakan bahwa dia ingin melihat apakah pamannya adalah orang hebat.
Raja dan ratu mulai berkreasi. Pertama, mereka membangun lubang ular untuk melemparkan para pembangkang ke dalamnya. Kemudian mereka menciptakan hukuman pembakaran meriam. Meriam kuningan besar yang diisi dengan arang yang terbakar, dirancang untuk membakar korban hidup-hidup.
Korban pertama adalah penasihat bernama Mei Bo. Penasihat malang itu dieksekusi karena kejahatan memperingatkan raja agar tidak membunuh anak buahnya sendiri. Mei Bo dibawa ke ruang takhta, ditelanjangi, dan diikat ke meriam. Kemudian arang dituang dan dibakar.
Seluruh istana dipaksa untuk menyaksikan dia mati. “Siapa pun yang berani mengatakan sesuatu yang tidak dapat dimaafkan akan diperlakukan seperti Mei Bo,” kata raja kepada mereka.
Setiap gumaman di kerumunan pun tenggelam oleh jeritan penderitaan Mei Bo. Tidak seorang pun boleh keluar sampai acara selesai. Bahkan ketika bau daging yang terbakar telah memenuhi setiap inci ruangan.
Raja Wu dari Zhou menyerang dan mengakhiri dinasti yang berkuasa selama 550 tahun dalam sejarah Tiongkok
Setelah kematian Mei Bo, rakyat terlalu takut untuk mengatakan apa pun kepada raja. Dia dan ratunya dibiarkan dengan damai untuk bersantai di tepi danau anggur, menyelenggarakan pesta pora aneh untuk menghabiskan waktu.
Namun Raja Zhou Xin tidak menyadari bahwa dia sedang diawasi. Raja Wu, dari Kerajaan Zhou, telah merencanakan untuk menyerangnya selama beberapa waktu. Ia sedang menunggu saat yang tepat.
Ketika mata-matanya melaporkan kembali bahwa rakyat telah berbalik melawan raja mereka, Wu menyerang.
Dia hanya mengirim 100 orang untuk menyerang kota, hanya itu yang dia butuhkan. Sebagian besar anak buah Zhou Xin langsung melemparkan senjatanya dan menyerah. Bahkan ada yang bergabung dengan tentara penyerang. Dalam waktu singkat, ibu kota jatuh dan tentara terakhir Zhou Xin berbalik melawannya.
Zhou Xin mundur ke istana kesenangannya dan berdiri di tepi danau anggurnya untuk terakhir kalinya. Sambil menunggu tentara musuh datang, dia membakar istana. Dia tidak lari. Dia hanya duduk di tepi danau dan membiarkan orang pertama menangkapnya.
Itulah akhir dari dinasti yang telah berkuasa selama lebih dari 550 tahun. Dengan kematian Raja Zhou Xin, Dinasti Shang jatuh dan era baru dalam sejarah Tiongkok dimulai.
Namun, danau anggurnya akan diabadikan sebagai sebuah ide. Sampai hari ini, 3.000 tahun kemudian, ungkapan “Kolam Anggur dan Hutan Daging” digunakan di seluruh negeri sebagai simbol korupsi.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR