Cacat fisik ini mungkin disebabkan oleh perkawinan sedarah yang lazim terjadi di keluarga kerajaan, yang menyebabkan kelainan genetik.
Terlepas dari tantangan-tantangan ini, pemerintahan Raja Tut ditandai dengan pencapaian yang signifikan. Dia sering digambarkan dalam seni dan patung sebagai penguasa yang kuat dan bersemangat.
Kontras antara gambaran ideal dan realitas kondisi fisiknya menambah kompleksitas pemahaman kita tentang raja muda ini, yang menggambarkan kelemahan manusia di balik topeng emas dan tanda kerajaan.
Penyakit fisiknya, bukannya mengurangi warisannya, memberikan pandangan yang lebih bernuansa dan empati tentang seorang firaun yang memerintah salah satu peradaban paling bersejarah dalam sejarah.
Dialah Asal Mula 'Kutukan Firaun'
Penemuan makam Raja Tutankhamun pada tahun 1922 oleh Howard Carter menimbulkan gelombang kegembiraan di seluruh dunia, namun hal itu segera dibayangi oleh bisikan kutukan yang mematikan.
Legenda berbicara tentang konsekuensi mengerikan bagi mereka yang berani mengganggu tempat peristirahatan firaun. Ketika anggota tim penggalian dan orang-orang yang terkait dengan penemuan tersebut mulai mati dalam keadaan misterius atau tidak biasa, "Kutukan Firaun" menguasai dunia.
Kematian yang paling menonjol adalah kematian Lord Carnarvon, pendukung keuangan ekspedisi, yang meninggal karena gigitan nyamuk tak lama setelah pembukaan makam.
Surat kabar dan pendongeng dengan cepat menghubungkan kematiannya dan kematian lainnya dengan kutukan, sehingga memicu rasa takut. Meskipun banyak klaim yang telah dibantah dan dapat dikaitkan dengan penyebab alami atau hanya kebetulan, legenda tersebut tetap ada.
Kutukan tersebut, baik nyata maupun khayalan, menambah lapisan mistik pada penemuan Raja Tut, mengaitkan kepercayaan kuno dengan intrik modern.
Dimakamkan bersama Kedua Putrinya
Salah satu penemuan paling menyedihkan di dalam makam Raja Tutankhamun adalah keberadaan dua peti mati kecil berisi sisa-sisa mumi bayi yang lahir mati.
Pengujian genetik dan analisis selanjutnya telah mengidentifikasi bayi-bayi ini sebagai putri Raja Tut. Kehadiran mumi-mumi kecil yang terletak dekat dengan ayah mereka di tempat peristirahatan abadinya, melukiskan aspek yang sangat pribadi dan tragis dalam kehidupan firaun muda tersebut.
Penguburan mereka di samping Raja Tut menggarisbawahi pentingnya keluarga dalam garis keturunan kerajaan dan harapan untuk kelahiran kembali dan reuni di akhirat, sebuah prinsip utama kepercayaan Mesir kuno.
Penyebab kematian dini mereka masih belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa pihak berspekulasi bahwa komplikasi genetik, yang mungkin disebabkan oleh praktik pernikahan antar keluarga kerajaan, mungkin juga berperan dalam hal ini.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR