Nationalgeographic.co.id—Sejarah tata surya masih kelabu untuk dipahami. Para astronom, astrofisika, dan ilmuwan lainnya mencari-cari jawabannya berdasarkan fakta yang ditemukan di sekitar tata surya.
Baru-baru ini, kapsul dari pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx milik NASA mendarat di gurun Utah, AS. Kapsul tersebut turun secara perlahan menggunakan parasut ke Bumi pada 24 September 2023, membawa sampel asteroid.
Para ilmuwan meyakini, sampel asteroid tersebut merupakan penemuan yang menjanjikan untuk mengetahui awal tata surya dan bagaimana kehidupan di Bumi terbentuk. "Sampel ini adalah salah satu bahan tertua dan paling murni yang kita miliki," kata ahli kosmokimia University of Arizona Jessica Barnes, dilansir dari Science.
Asteroid ini sudah diincar sejak OSIRIS-REx tiba di luar angkasa pada 2018. Selama dua tahun mengorbit, wahana antariksa itu memantau asteroid bernama Bennu yang memiliki lebar 500 meter dan kaya karbon.
Temuan ini menguatkan bahwa asteroid tersebut bukan objek yang halus dan padat, melainkan kumpulan batu besar dan kerikil yang "hampir tidak terikat satu sama lain oleh gayaberat mikronya sendiri," kata Dante Lauretta, peneliti utama misi tersebut, sekaligus ilmuwan planet di University of Arizona.
“Serpihan yang sangat penting dalam pencarian sumber kehidupan,” kata Brian May, doktor astrofisika yang terlibat dalam misi tersebut dan gitaris Queen. "Inilah yang membuat kita semua bersemangat, saya pikir, dan ada kemungkinan bahwa proyek ini dapat berkontribusi terhadap hal tersebut," paparnya di LiveScience.
Bennu secara harfiah, diambil dari nama dewa penciptaan Mesir kuno. Asteroid ini merupakan tumpukan puing bebatuan seberat 85,5 juta ton yang hampir tidak dapat disatukan oleh gravitasi lemah.
Begitu OSIRIS-REx mendekat pertamakalinya pada 2018, tampangnya yang aneh muncul. Benda tersebit memiliki sulur batuan karbonat sepanjang 0,9 meter, melewati permukaannya yang dipenuhi bahan organik yang kaya karbon.
Inilah yang membuat Bennu menarik. Diperkirakan, Bennu pernah terbentuk sekitar masa awal tata surya terbentuk. Objeknya yang memiliki ukuran sekitar 96 kilometer itu kemudian terpecah pada satu miliar tahun silam, membuat permukaannnya dilalui kubangan air panas yang menjadi bahan penyusun kehidupan purba.
Pada Oktober 2020, pengorbit OSIRIS-REx mendarat di permukaannya untuk mengumpulkan sampel. Upaya ini merupakan tantangan bagi ilmuwan untuk membawa wahana tersebut lebih dekat, karena sempat terkendala di tumpukan bebatuan Bennu.
Perlahan-lahan, OSIRIS-REx mendarat di sebuah situs yang dinamai Nightingale. Kemudian wahana tersebut menyedot sekitar 250 gram batu dan debu dari Bennu, setelah kondisinya lebih aman.
Saat proses pendaratan ini, May dan tim lainnya segera mengambil gambar Bennu. Di sini, tim misi dapat melihat asteroid dalam bentuk tiga dimensi dan menentukan lokasi pendaratan yang layak.
Setelah mengambil sampel, OSIRIS-REx memerlukan waktu sekitar tiga tahun untuk menyelaraskan kembali dengan orbit Bumi. Sebab, posisinya setelah mengambil sampel berada di sisi berlawanan dari Matahari.
Senin ini, 25 September 2023, wadah sampel itu diterbangkan ke John Space Center NASA di Houston, Texas, AS, untuk diteliti. Rencananya, besok tim akan membongkar wadah sampel penyimpan untuk memilah kerikil yang dikumpulkan, mengukur volume, bentuk, massa, dan porositas batuan, sebagai dalam tahap penelitian.
Nantinya, NASA akan menyimpan 70 persen dari batuan asteroid Bennu. Sisanya, akan disebar ke lembaga penelitian antariksa yang berkolaborasi dengan NASA seperti Kanada dan Jepang, serta dicadangkan untuk 200 orang tim sains yang tersebar di empat benua.
Setelah pendaratan ini, ada banyak pertanyaan yang memenuhi kepala dari para ilmuwan, mulai dari seperti apa kandungannya, hingga bagaimana reaksi kimianya dalam pembentukan kehidupan pertama di tata surya.
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Source | : | NASA,livescience,Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR