"Studi ini menyelidiki bagaimana hilangnya mangrove mempengaruhi pendapatan perikanan, pasokan tenaga kerja, dan konsumsi, serta efektivitas biaya konservasi mangrove dalam hal produksi perikanan di Indonesia," menurut peneliti..
Keterkaitan mangrove-perikanan dan dampak degradasinya di Indonesia patut untuk diselidiki. Pertama, hutan mangrove di Indonesia mengalami deforestasi paling luas di dunia akibat perluasan budidaya perikanan dan perkebunan kelapa sawit.
Khususnya, peningkatan permintaan global terhadap minyak sawit telah menjadi pendorong besar konversi hutan mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit.
Konversi itu bahkan tanpa adanya pemahaman yang memadai mengenai konsekuensi sosial terkait hal ini di Indonesia.
"Alasan kedua mengapa topik ini memerlukan kajian adalah karena sebagian besar nelayan di Indonesia melakukan penangkapan ikan skala kecil," lanjutnya.
"Karena sulitnya mereka melakukan perjalanan jarak jauh untuk mencari ikan di daerah yang tidak terkena dampak hilangnya hutan mangrove, mereka mungkin menghadapi guncangan produksi yang membahayakan penghidupan mereka karena penurunan hasil ikan."
Konservasi ekosistem pesisir
Analisis mengungkapkan bahwa perkiraan dampak cenderung lebih besar ketika potensi endogenitas (masalah yang memengaruhi hasil penelitian) dikendalikan.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa konservasi mangrove merupakan upaya yang hemat biaya di Indonesia. Potensi nilai ekonomi dari hubungan mangrove-perikanan adalah 12,364–22,861 dollar Amerika per hektar per tahun.
Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan dari penggunaan lahan alternatif, seperti budi daya perairan dan perkebunan kelapa sawit.
Ekosistem mangrove memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat, termasuk mitigasi kerusakan akibat banjir dan angin topan. Kemudian perlindungan pantai, penyerapan karbon dan rekreasi.
Menambahkan dampak perikanan pada manfaat sosio-ekonomi ini memperkuat pentingnya konservasi hutan mangrove dalam mencapai pembangunan berkelanjutan bagi sebagian besar penduduk pedesaan.
Source | : | Journal of Environmental Economics and Management |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR