Nationalgeographic.co.id—Dalam berbagai kebudayaan Nusantara, terdapat banyak cerita mitos dan legenda tentang adanya dewi laut. Cerita mitologi dewi laut ini masih ada dan dipercayai di berbagai daerah pesisir di Indonesia.
Yoseph Yapi Taum, seorang dosen Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, pernah membuat ulasan soal mitologi dewi laut yang berkembang di wilayah Lombok, Aceh, Sumatra Utara, dan Jawa, dalam sebuah artikel di Pusat, sebuah majalah sastra.
Dalam kehidupan darat, manusia menyadari peran penting Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau dewi pemberi kehidupan. Kisah tentang Dewi Sri yang memberikan dirinya sebagai 'padi' bagi umat manusia dapat ditemukan dalam berbagai mitos dan legenda di tanah air.
"Sebaliknya, dalam kehidupan bahari, terdapat pula tokoh 'penguasa laut' yang memberikan memberikan dirinya sebagai makanan kepada umat manusia," tulis Yoseph dalam artikel tersebut.
Sebagai contoh, masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok sampai saat ini menyimpan sebuah legenda yang bernilai sakral tinggi tentang Putri Mandalika. Mandalika adalah putri laut yang mengorbankan dirinya dan menjadi santapan penduduk setempat.
Dalam festival Bau Nyale (bau = menangkap; nyale = sejenis cacing laut yang menjadi bahan konsumsi masyarakat) yang berlangsung antara Februari dan Maret, masyarakat secara mengagumkan dengan mudah memperoleh nyale. Nyale adalah sejenis cacing laut beraneka warna yang tiba-tiba muncul ke permukaan air laut dalam jumlah yang sangat banYak.
Putri Mandalika dalam legenda suku Sasak ini adalah seorang putri yang sangat arif dan bijaksana. Ia adalah putri Raja Tonjang Beru dengan permaisurinya, Dewi Seranting, yang memerintah di negeri Lombok.
Wajah Putri Mandalika elok, tubuhnya ramping, dan perangainya baik. Hal ini membuat para pangeran dari berbagai negeri berkeinginan untuk memperistrinya.
Setiap pangeran yang datang melamarnya, tidak ada yang ditolaknya. Namun, pangeran yang satu dan pangeran yang lainnya tidak menerima jika sang putri yang cantik jelita itu diperistri oleh banyak pangeran. Hal inilah yang berpotensi menimbulkan perang.
Hal ini pulalah yang ingin dihindari oleh Putri Mandalika, seorang wanita yang mencintai kedamaian. Untuk menghindari perang dan pertumpahan darah, Putri Mandalika menceburkan dirinya ke laut dan muncul dalam wujud nyale.
"Penduduk setempat percaya bahwa nyale itu adalah perwujudan Putri Mandalika yang telah mengorbankan dirinya bagi semua penduduk di sana, agar tidak terjadi perang dan pertumpahan darah antara para pangeran hanya karena memperebutkan dirinya," tulis Yoseph.
Persamaan struktur yang sangat mirip antara Legenda Dewi Sri (darat) dengan Legenda Putri Mandalika (laut) dapat membawa kita pada kesimpulan tentang kemiripan motif cerita.
Lenyapnya Dewi Sri dari kahyangan membuat Batara Guru, Anta, dan segenap dewata pun berduka. Akan tetapi sesuatu yang ajaib terjadi.
Karena kesucian dan kebaikan budi sang dewi, dari dalam kuburannya muncul beraneka tumbuhan yang sangat berguna bagi umat manusia. Dari kepalanya muncul pohon kelapa. Dari hidung, bibir, dan telinganya muncul berbagai tanaman rempah-rempah wangi dan sayur-mayur.
Dari rambutnya tumbuh rerumputan dan berbagai bunga yang cantik dan harum. Dari payudaranya tumbuh buah buahan yang ranum dan manis. Dari lengan dan tangannya tumbuh pohon jati, cendana, dan berbagai pohon kayu yang bermanfaat.
Dari alat kelaminnya muncul pohon aren atau enau bersadap nira manis. Dari pahanya tumbuh berbagai jenis tanaman bambu. Dari kakinya muncul berbagai tanaman umbi-umbian dan ketela.
Akhirnya dari pusaranya muncullah tanaman padi, bahan pangan yang paling berguna bagi manusia. Padi berberas putih muncul dari mata kanannya, sedangkan padi berberas merah dari mata kirinya. Singkatnya, semua tanaman berguna bagi manusia berasal dari tubuh Dewi Sri Pohaci.
"Kesamaan struktur kedua legenda ini memperkuat asumsi kita tentang kesatuan 'tanah-air' sebagai 'ibu pertiwi' dalam imajinasi budaya masyarakat Nusantara. Berbagai legenda tentang laut berikut ini juga secara eksplisit menyebut laut dan makhluk-makluk laut sebagai 'ibu'," tulis Yoseph.
Masyarakat Sumatra Utara dan Aceh bersama-sama mengenal sebuah legenda bahureksa laut yang perkasa, Legenda Putri Hijau. Putri yang dikenal sangat cantik rupawan ini menjadi penghuni sebuah negeri di dasar laut di sekitar Pulau Berhala.
Raja Aceh ingin melamar sang putri, tetapi ditolak. Merasa dihina, Raja Aceh menyerang benteng pertahanan Putri Hijau.
Namun, berkat kesaktian dua saudara kembar sang putri, yakni Meriam Puntung dan Ular Simangombus, Putri Hijau dapat dilarikan melalui sebuah terusan (Jalan Putri Hijau), memasuki sungai Deli, dan langsung menuju ke Selat Malaka. Hingga sekarang kedua kakak beradik ini dipercaya menghuni sebuah negeri dasar laut di sekitar Pulau Berhala.
Legenda penguasa laut yang Paling terkenal di tanah air adalah legenda Ratu Laut Selatan yang terutama dipercaya masyarakat Jawa dan Sunda. Ada dua tokoh penting dalam legenda ini, yaitu Kanjeng Ratu Kidul (yang berasal dari Jawa) dan pembantu setianya yang bernama Nyai Roro Kidul (yang dipercaya berasal dari Sunda).
Tentang asal-usul Kanjeng Ratu Kidul, ada banyak versi yang saling berbeda satu dengan yang lain. Ada cukup banyak versi yang mengatakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul adalah seorang putri raja dari Brawijaya, sebuah kerajaan di Jawa Timur.
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa dan Sunda, sosok Ratu Kidul merupakan sosok agung yang dimuliakan dan dihormati. Orang Jawa mengenal sebuah istilah 'telu-teluning atunggal" yaitu tiga sosok yang menjadi satu kekuatan. Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul.
Panembahan merupakan pendiri kerajaan Mataram Islam, yang dipertemukan oleh Ratu Kidul ketika bertiwikrama sesuai arahan Sunan Kalijaga guna memenuhi wangsit yang diterimanya membangun sebuah keraton yang sebelumnya sebuah hutan dengan nama "alas mentaok" (kini Kotagede di DIY).
Pada proses bertapa, diceritakan semua alam menjadi kacau, ombak besar, hujan badai, gempa, dan gunung meletus. Ratu Kidul setuju membantu dan melindungi Kerajaan Mataram, dan bahkan dipercaya menjadi "istri spiritual" bagi raja-raja trah Mataram Islam.
Perkawinan spiritual antara raja-raja Mataram dengan Ratu Kidul menunjukkan bahwa kerajaan (bisa diinterpretasikan sebagai Indonesia) hanya akan menjadi bangsa yang kuat jika "menyatu" dengan laut.
Berbagai mitos dan legenda tentang Dewi Laut dari berbagai kawasan Nusantara yang diungkapkan di atas, yang mencakup wilayah Lombok, Sumatra Utara, Aceh, dan Pulau Jawa, menempatkan laut sebagai sebuah wilayah aman dan memberi harapan hidup dan dijaga "dewi laut" yang perkasa.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR