Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 330 Masehi, Contantine the Great atau Kaisar Konstantinus membagi Kekaisaran Romawi menjadi dua: Barat dan Timur. Kekaisaran Romawi Barat berpusat di Roma, sedangkan Kekaisaran Romawi Timur memiliki ibu kota Konstantinopel. Kelak, Kekaisaran Romawi Timur juga dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium.
Karena lokasinya yang strategis, Kekaisaran Bizantium pun menjadi kekaisaran yang makmur. Selain itu, para kaisar pun berjasa dalam perluasan wilayah kekuasaan Kekaisaran Bizantium. Berkuasa selama ratusan tahun, siapa kaisar terbaik dari Kekaisaran Bizantium?
Justinian I, kaisar agung di Kekaisaran Romawi Timur
Selama masa kepemimpinannya, Justinian I (dengan bantuan jenderal berbakat Belisarius) membawa Afrika dan Italia kembali ke bawah kendali kekaisaran.
Namun, penaklukan kembali Justinian melampaui sumber daya kekaisaran yang terbatas. “Alhasil, penerus Justinian mengalami kesulitan untuk mempertahankan wilayah Kekaisaran Romawi Timur yang luas,” tulis Vedran Bileta di laman The Collector.
Ketika ia melancarkan serangan militer di Italia, wabah mematikan melanda Kekaisaran Romawi Timur. Hal ini menghancurkan perekonomian dan melemahkan militernya.
Setelah Kerusuhan Nika yang merusak sebagian besar ibu kota, Justinian membangun kembali Konstantinopel. Ia menambahkan banyak bangunan indah, Hagia Sophia menjadi yang paling terkenal.
Justinian tidak memerintah sendirian. Rekan penguasa dan sekutu terdekatnya adalah istrinya, Permaisuri Theodora. Sang permaisuri memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan keagamaan dan menjaga kesatuan agama, salah satu pilar utama kekaisaran Kristen yang perkasa.
Heraclius, sang penyelamat Kekaisaran Romawi Timur
“Kaisar Heraclius (640-641) naik takhta pada saat Kekaisaran Bizantium sedang menghadapi kehancuran,” tambah Bileta.
Musuh Heraclius yang paling berbahaya adalah Kekaisaran Sassania, yang menginvasi wilayah kekaisaran, menguasai seluruh provinsi timur. Secara pribadi memimpin pasukan kekaisaran, Heraclius berhasil mempertahankan Kekaisaran Bizantium. Di saat yang sama, ia juga mengalahkan Sassaniyah di wilayah asal mereka. Kembalinya Salib Sejati ke Yerusalem dengan kemenangannya menandai berakhirnya perang terakhir Romawi-Persia.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR