Selama bertugas di Garda Varangian, Hardrada telah mengumpulkan banyak harta. Meskipun demikian, ia merasa kurang puas lantaran tak mendapat kenaikan pangkat setelah tahunan mengabdi.
Ketika Kaisar Bizantium Michael IV wafat pada Desember 1041 M, Hardrada tidak lagi disukai di istana–dan harus melarikan diri setelah dipenjara.
Untungnya, ia telah mengamankan kekayaannya dengan mengirimkan harta rampasannya kembali ke Yaroslav. Hardrada kembali ke kerajaannya pada tahun 1042 M dan menikahi putrinya, Elizabeth.
Kembalinya Raja Harald Hardrada dan Runtuhnya Bangsa Viking
Pada tahun 1045 M, Harald Hardrada mengetahui bahwa putra saudara tirinya, Olaf II, Magnus, telah dinobatkan sebagai Raja Norwegia dan Denmark.
“Dengan kekayaan baru yang dimiliki Hardrada, ia bersekutu dengan Sweyn II, yang berpura-pura menjadi raja Denmark, untuk memimpin serangan terhadap Magnus,” kata Marco. “Namun Magnus, yang sangat membutuhkan uang untuk kas kerajaan, menawarkan sebuah kompromi.”
Magnus dan Harald akan menjadi penguasa Norwegia bersama. Di sisi lain, Sweyn, yang pernah dikalahkan Magnus dalam pertempuran, akan mewarisi Kerajaan Denmark setelah kematian Magnus.
Dan kurang dari dua tahun kemudian, Raja Magnus meninggal–menjadikan Hardrada sebagai raja Norwegia yang sesungguhnya.
Hardrada, menyadari bahwa ia memiliki klaim yang sah atas takhta Inggris. Hal ini dilatarbelakangi oleh sumpah Raja Nordik dari Denmark dan Inggris, Harthacnut, untuk memberikan kerajaannya kepada Magnus.
Namun, Magnus tidak tertarik dengan Inggris, dan lebih memilih untuk memfokuskan upayanya untuk menguasai Skandinavia.
Untuk gantinya, Edward sang Pengaku, saudara tiri Harthacnut, menjadi Raja Inggris. Sebagai penerus Magnus, Hardrada merasa ditipu.
Hardrada memiliki tujuan untuk mengembalikan "Kekaisaran Laut Utara" yang didirikan oleh ayah Harthacnut, Cnut yang Agung. Ia mencoba untuk menyatukan Kerajaan Inggris, Norwegia, dan Denmark sekali lagi.
Namun, ketika Edward meninggal pada tahun 1066 M, seorang bangsawan Inggris bernama Harold Godwinson naik takhta.
“Karena ia hanya akan menyerahkan takhta tersebut setelah kematiannya, Hardrada melancarkan invasi ke Inggris bersama saudara Edward yang terasing, Tostig, dan ribuan pasukan dengan ratusan kapal Viking,” kata Marco.
Bertekad untuk merebut takhta, Hardrada merencanakan sebuah serangan mendadak pada 25 September 1066 M. Meskipun legenda mengatakan bahwa ia berperang seperti seorang pengamuk sejati untuk mendapatkan mahkota, ia tewas dalam pertempuran ini.
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR