Setiap cerita rakyat diberi nomor (contoh: ATU 101) untuk referensi dan perbandingan dengan cerita rakyat lainnya.
Namun harus diingat, bahwa “cerita rakyat” tidak hanya berlaku pada dongeng, tetapi juga pada aspek budaya apa pun yang disebarkan secara lisan.
Akan tetapi, cerita rakyat juga berlaku untuk setiap aspek budaya yang disampaikan secara lisan, dan dapat sama-sama berlaku untuk teknik dan metode dalam kerajinan kulit, logam, atau pembuatan pakaian. Seperti halnya legenda, balada, dan peribahasa.
Meski begitu, istilah ini biasanya dipahami merujuk pada cerita-cerita yang termasuk dalam atau mendekati salah satu dari tujuh kategori Indeks ATU.
Lebih lanjut, karena komposisi dan penampilan cerita rakyat sangat berubah-ubah, kategori-kategori ini harus dipahami sebagai perkiraan.
Cerita yang disebut "kisah formula" dapat memiliki unsur agama atau sihir yang signifikan dan bisa saja menjadi "kisah keagamaan" atau "cerita sihir".
Hanya saja, cerita itu mengikuti pola yang jelas, seperti misalnya seorang karakter bersikeras bahwa suatu hal harus terjadi sebelum hal lain dapat terjadi, dan seterusnya.
Demikian pula halnya dengan cerita rakyat tentang binatang yang mungkin mempunyai pesan keagamaan. Akan tetapi karena tokoh utamanya bukan manusia, maka dongeng tersebut tidak dikategorikan sebagai “kisah keagamaan”.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR