Seajrawan Bizantium, Michael Psellos, menulis pada abad ke-11 tentang seekor naga yang menyiksa Saint Marina. Dijebloskan ke penjara dan disiksa oleh seorang pejabat Romawi yang ingin melecehkannya secara seksual, Marina bertemu dengan iblis dalam bentuk naga. Monster itu mengancamnya, mengabaikan doa-doanya dan menelan seluruh tubuhnya.
Naga juga dapat menjadi perwujudan ancaman paganisme yang dikalahkan, seperti yang terjadi pada Santo George. Seorang santo militer abad ketiga dari Mediterania timur, George konon membunuh naganya di provinsi Romawi Libya di Afrika Utara.
Bagi umat Kristen di kemudian hari, monster naga ini mewakili para penyembah berhala pada masa itu, yang dianggap mengancam.
Kisah pertempuran George juga digunakan untuk berbicara tentang ksatria Barat kontemporer serta konflik antara Kristen dan Muslim.
Dengan demikian, seperti yang telah dikatakan Matthew, “monster-monster di era abad pertengahan secara bersamaan bersifat alamiah dan supranatural, baik sebagai metafora maupun lebih dari itu.”
Dalam setiap kasus, naga-naga ini merupakan bagian dari lanskap-bahaya yang harus dihadapi, atau setidaknya direnungkan, dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi orang-orang di masa lalu, kisah-kisah monster bukan hanya tentang hal yang menakutkan. Mereka adalah kisah-kisah moral yang mengandung peringatan dan pelajaran.
Monster, baik dari abad pertengahan maupun modern, memang merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari.
Dari Dulu hingga Kini, Mengapa Naga Menarik?
Dalam banyak budaya, naga adalah simbol dari berbagai konsep dan ide, seperti kebijaksanaan, keberuntungan, dan bahkan kejahatan. Ini memberikan naga kedalaman karakter yang tidak dimiliki oleh banyak makhluk mitologis lainnya.
Naga sering kali memainkan peran penting dalam cerita dan legenda. Mereka bisa menjadi musuh yang harus dikalahkan oleh pahlawan, atau mereka bisa menjadi sekutu yang membantu pahlawan.
Salah satu hal yang membuat naga menarik adalah karakter yang dinamis. Berbeda dengan banyak makhluk mitologis lainnya, naga ditemukan dalam mitologi dan legenda dari berbagai budaya di seluruh dunia. Ini memberikan naga daya tarik universal.
Selain itu, karakter naga juga tidaklah kaku, mereka berevolusi sepanjang waktu. Dalam beberapa kasus, mereka telah berubah dari simbol kejahatan menjadi karakter yang lebih kompleks dan berlapis.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR