Saat itu, Dewi Artemis dan rombongan nimfanya sedang mandi telanjang di kolam hutan. Sebenarya Actaeon sama sekali tidak sengaja melihat mereka, hanya sebuah kebetulan.
Dewi Artemis, yang menghargai keperawanannya di atas segalanya, tidak senang jika ketahuan telanjang oleh orang asing. Sehingga dia mengatur hukuman yang mengerikan untuk Actaeon.
Dengan lambaian tangannya, dia mengubah Actaeon menjadi rusa jantan. Sekarang, Actaeon sang pemburu malah menjadi mangsa.
Untuk memperbesar kekejaman Dewi Artemis ini, Actaeon masih sadar sepenuhnya, seorang pria yang terperangkap dalam tubuh binatang. Air mata menetes di pipinya yang kini berbulu.
Seketika, Actaeon menyadari bahayanya yang akan dia hadapi. Dia telah bertemu dengan kawanan anjing pemburu miliknya dan mereka tidak membuang waktu untuk menyerang mantan majikan mereka.
Anjing-anjing itu menangkap kakinya dan menyeretnya ke tanah. Rahang mereka menggigit jauh ke bahu, punggung, dan tenggorokan.
Actaeon meninggal dalam kesakitan, terkoyak oleh hewan-hewan yang dibesarkannya dengan penuh pengabdian.
Kisah versi Titian ini menunjukkan momen-momen terakhir kehidupan Actaeon. Sungguh lukisan yang luar biasa dari akhir karir Titian.
Kebanyakan lukisan cerita ini lebih memilih fokus pada momen ketika Actaeon bertemu dengan Dewi Artemis yang sedang mandi. Tidak dapat menahan potensi voyeuristik dari adegan tersebut, mereka menikmati pemandangan tubuh perempuan telanjang.
Terdapat karya Titian sebelumnya pada momen ini yang dilukisnya untuk Philip II dari Spanyol. Namun dalam The Death of Actaeon, voyeurisme terbatas pada satu puting yang terbuka, sebuah singgungan visual terhadap kesalahan Actaeon.
Dewi Artemis mendominasi latar depan, namun garis lengannya menarik perhatian pemirsa ke sosok di sebelah kanan lukisan.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR