Nationalgeographic.co.id—Selama tahun 2023, berbagai kota di Indonesia dilanda polusi udara. Di daerah dengan kepadatan rendah, seperti di Sumatra dan Kalimantan, polusi udara disebabkan oleh kebakaran hutan akibat musim kemarau panjang dan ekstrem karena tren El Nino.
Sementara di kota besar, khususnya Jakarta, polusi disebabkan oleh mulai dari kendaraan pribadi, asap pembakaran sampah, hingga cemaran PLTU daerah sekitarnya. Polusi yang buruk ini bahkan menjadi perbincangan masyarakat untuk mendesak pemerintah segera melakukan mengambil tindakan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Alih-alih memberi solusi dan sumber informasi yang tepat, terdapat mitos tentang polusi udara. Penyebaran mitos polusi udara akan berdampak pada pengambilan langkah yang tidak tepat untuk melindungi diri dan membuat kebijakan. Berikut adalah mitos polusi udara.
1. Menghirup udara kotor hanya berdampak pada paru-paru
Meski polusi udara dapat menyerang melalui organ pernapasan, nyatanya dampaknya tidak hanya ke paru-paru melainkan seluruh sistem tubuh.
"Meningkatnya polusi udara berhubungan dengan peningkatan serang jantung, strok, kelahiran prematur, ragam macam kanker, penyakit Alzheimer, masalah kognitif pada anak-anak, diabetes dan obesitas, dan serta masih banyak lagi," kata Beth Gardiner, jurnalis lingkungan dan polusi dari National Geographic.
Ada beberapa partikel polutan dan zat berbahaya di udara. Partikel paling kecil adalah PM2.5 dengan diameter kurang dari 2,5 milimeter, atau setara dengan 1/30 dari lebar rambut manusia. Ilmuwan juga mengungkap partikel polutan yang lebih kecil dari PM2.5 yang disebut sebagai partikel ultrahalus yang dapat masuk ke dalam masuk ke paru-paru, bahkan aliran darah.
2. Menanam banyak tanaman mengurangi polusi udara
Pohon memang dapat menyerap karbon dioksida dan zat gas lainnya yang menjadi pencemar udara. Akan tetapi, pohon tidak dapat menyerap partikulat yang menjadi polutan. Partikulat berbeda dengan zat gas, yang bentuknya lebih padat tetapi ukurannya lebih kecil.
Dengan demikian, pohon tidak bisa menghilangkan partikel kecil di udara. Nafas Indonesia melaporkan bahwa di beberapa daerah yang memiliki banyak pohon di sekitar Jabodetabek tidak memiliki perbedaan dalam tingkat polusinya, bahkan lebih tinggi.
Jika partikel polutan menghilang berkat pohon, kemungkinan besar karena akarnya menyerap udara dan air. Beberapa partikel mungkin bisa tersaring saat penyerapan di tanah, tetapi kungkinannya sangat kecil. Partikel polutan pada akhirnya hanya tertahan di permukaan sekitar tanaman daripada terserap.
3. Masker bedah efektif untuk menangkal polusi udara
Source | : | national geographic,sumber lain |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR