Pada puncaknya sekitar tahun 7000 SM, ‘Ain Ghazal dihuni oleh sekitar 3.000 orang. Jumlah ini empat hingga lima kali lipat jumlah penduduk di permukiman kontemporer Jericho yang berjarak 52 kilometer.
‘Ain Ghazal, tempat strategis untuk dijadikan permukiman
Lokasi ‘Ain Ghazal 9.000 tahun yang lalu dianggap praktis karena beberapa alasan. Kebutuhan mendesak yang paling penting bagi setiap permukiman adalah sumber air bersih. Air bersih ini disuplai oleh Sungai Zarqa. Letaknya di ketinggian yang signifikan, menawarkan pemandangan area sekitarnya, yang merupakan tempat bertemunya dua ekosistem.
Di sebelah barat permukiman terdapat hutan dan di sebelah timur terdapat gurun stepa terbuka. Keduanya memberikan kesempatan sempurna untuk berburu dan bertani.
Namun, hal ini tidak sesempurna kelihatannya. Selama berabad-abad, gurun dan kawasan hutan terus mengalami perubahan, sehingga masyarakat ‘Ain Ghazal harus terus beradaptasi.
Konstruksi dilakukan dengan gaya yang konsisten dengan budaya Levantine Natufian yang terlihat di seluruh area pada saat itu. Rumah bata lumpur dibangun untuk menampung ruang utama dan ruang depan kecil. Lumpur menutupi bagian luarnya, sedangkan bagian dalamnya dilapisi plester kapur. Setiap beberapa tahun, temboknya diplester ulang.
Gaya hidup dan budaya masyarakat yang tinggal di ‘Ain Ghazal
Masyarakat ‘Ain Ghazal memiliki pola makan yang bervariasi termasuk makanan yang diperoleh dari berburu dan bertani. Hutan dan dataran semi kering menyediakan kekayaan hewan seperti kijang, rusa, kuda, babi, rubah, dan kelinci. Upaya juga dilakukan untuk menjinakkan domba dan kambing.
Selain hewan buruan, tanaman seperti gandum, barley, kacang polong, buncis, buncis, dan lentil juga ditanam. Makanannya juga dilengkapi dengan tumbuhan liar.
Neolitik ‘Ain Ghazal mewakili lompatan besar dalam keberhasilan peradaban manusia. Saat itu, orang-orang dari berbagai daerah berkumpul di ‘Ain Ghazal. Kota ‘Ain Ghazal cukup luas dibandingkan dengan kota-kota sezamannya. Dengan lahan subur yang luas, banyak orang dari permukiman yang gagal di dekatnya bermigrasi ke ‘Ain Ghazal.
Tes DNA menunjukkan bahwa populasi ‘Ain Ghazal terdiri dari setidaknya dua kelompok orang yang berbeda.
Praktik penguburan ‘Ain Ghazal menunjukkan kemiripan yang nyata dengan tetangga mereka di wilayah tersebut. Jenazah dikuburkan dalam posisi tertekuk, biasanya di bawah lantai rumah.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR