Nationalgeographic.co.id—Muse adalah sebutan untuk 9 orang dewi dalam mitologi Yunani yang memiliki bakat seni yang luar biasa. Hingga saat ini, para Muse kemudian menjadi personifikasi berbagai seni seperti musik, tari dan syair bahkan hingga artistik.
Tidak hanya bakat seni yang luar biasa, para Muse juga memiliki keindahan, keanggunan dan daya tarik yang luar biasa. Bakat para Muse dalam menyanyi, menari, dan gembira membantu para dewa dan umat manusia melupakan masalah mereka.
Selain sebagai personifikasi seni, para Muse juga menginspirasi para musisi dan penulis untuk mencapai tingkat artistik dan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut mitologi Yunani, para Muse adalah putri Zeus dan Titan Mnemosyne (Memory). Para Muse dilahirkan setelah pasangan tersebut tidur bersama selama sembilan malam berturut-turut.
Sembilan Muse tersebut adalah:
Objek tertentu juga dikaitkan dengan para Muse dan membantu mengidentifikasi bakat khusus mereka.
Calliope sering memegang tablet tulis dan pena, Clio memiliki gulungan, Euterpe memiliki aulos ganda (atau seruling), dan Thalia memiliki topeng teater.
Para Muse Klasik diyakini tinggal di Gunung Olympus. Di sana mereka menghibur ayah mereka dan dewa-dewa Olympian lainnya dengan kesenian mereka yang luar biasa dan pengetahuan yang luas, namun tradisi kemudian juga menempatkan mereka di Gunung.
Terdapat pusat kultus atau pemujaan para dewi di Helicon, Boeotia. Kultus juga terdapat di Gunung Parnassus di mana mata air Kastilia menjadi tujuan favorit para penyair dan seniman.
Di Gunung Olympus, Apollo Mousagetes, dalam arti tertentu, adalah pemimpin paduan suara para Muse. Meskipun keterikatannya tidak terbatas pada musik, karena ia menjadi ayah dari banyak anak dengan grup musiknya.
Calliope, adalah Muse syair epik. Ia adalah ibu dari Orpheus, pemain kecapi yang sangat berbakat yang ayahnya dalam beberapa versi mitologi Yunani adalah Apollo sendiri.
Meski membawa kemeriahan dan kegembiraan, para Muse tidak bisa dianggap enteng jika menyangkut keunggulan bakat artistik mereka.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR