Pemerintah Soviet melarang melakukan ritual tersebut di depan umum dan menyita perlengkapan seperti drum dan mantel.
Syamanisme merambah hampir semua aspek kehidupan masyarakat adat. Sudah jelas jika hal ini tidak akan berubah hanya dengan melarangnya atau menyebarkan propaganda Soviet. Oleh karena itu, tindakan yang diambil hanya mempunyai dampak yang terbatas.
Syamanisme akhirnya menghadapi tantangan serius melalui kolektivisasi dan pemukiman paksa kaum nomaden pada tahun 1930-an. “Saat itu, perdukunan mulai dirusak secara serius,” tambah Lloyd.
Meskipun banyak aspek perdukunan yang terus ada dalam budaya asli saat ini, namun cenderung bertahan dalam bentuk yang terfragmentasi.
Sebagian orang Ket tidak mengubah keyakinan agamanya dan terus mempraktikkan perdukunan. Di antara Suku Ket, seseorang dapat menjumpai beberapa jenis dukun. Ada yang berprofesi sebagai penyembuh, ada pula yang berspesialisasi dalam upacara sakral, misalnya.
Ket melihat elang sebagai roh penolong terpenting dukun dalam ritual. Dalam ritual mereka, dukun Koryak di timur laut sering bekerja dengan serigala dan elang serta beruang. Dukun di Tuva akan meniru seruan serigala jika dia atau dia ingin menakut-nakuti orang.
Meskipun Suku Ket telah dipelajari, kita tidak boleh lupa bahwa hanya ada sedikit individu yang tersisa. Sisa-sisa anggota Suku Ket adalah penduduk tertua di Asia utara. Semoga sejarah, budaya, dan tradisi masyarakat Ket yang luar biasa ini dapat dilestarikan untuk generasi mendatang. Termasuk bahasa unik mereka.
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR