Nationalgeographic.co.id—Sejak lama, Lasem menjadi kawasan kosmopolitan di pesisir utara Jawa Tengah. Lokasinya yang strategis memudahkan banyak orang dari berbagai tempat untuk datang. Kemajemukan ini menghadirkan berbagai jenis kebudayaan dan kesenian yang tumbuh di Lasem seperti batik, serta peninggalan sejarah.
Rekam memori kejayaan Lasem tersimpan di Museum Nyah Lasem yang terletak di Jalan Karangturi V No.2, Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Ada banyak arsip-arsip yang belum pernah diungkap ke masyarakat luas.
“Koleksi arsip ini menggambarkan jaringan bisnis batik lasem yang masif pada awal hingga pertengahan abad 20. Belum pernah diteliti oleh siapa pun," ujar Agni Malagina, peneliti budaya Tionghoa.
"Saya telah menggunakan arsip tersebut dalam beberapa penelitian saya tentang sejarah Pecinan dan Batik Lasem,” imbuhnya. Agni bersama arkeolog Candrika Ilham menjadi peneliti berbagai arsip di Museum Nyah Lasem untuk konservasi dan tinjauan sejarah.
Selain mengenai produksi batik, arsip yang ada di Museum Nyah Lasem menjelaskan tentang bagaimana perempuan Lasem berperan untuk perjuangan kemerdekaan tahun 1947. Kaum perempuan di awal kemerdekaan membentuk dapur umum untuk menyediakan nasi bungkus bagi tentara Indonesia.
"Ini arsip tentang peran perempuan Lasem dalam lintasan sejarah Indonesia yang belum pernah terungkap, istimewa,” jelas Agni. Lebih lanjut, Agni menjelaskan bahwa pemilik arsip tersebut merupakan orang yang sangat berjasa dalam melestarikan arsip sejarah Lasem.
Dalam keterangan 28 November 2023 yang diterima National Geographic Indonesia, Yayasan Lasem Heritage bersama Dinas Kerasipan dan Perpustakaan Kabupaten hendak mengajukan arsip-arsip tersebut dalam kegiatan Memori Kolektif Bangsa (MKB) yang diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
"Mengangkat arsip Lasem sebagai sejarah perjalanan bangsa merupakan aset nasional dan mengangkat Lasem melalui arsip agar Lasem--untuk mendukung Lasem menjadi kawasan Cagar Budaya Nasional yang telah berproses sejak tahun 2019," kata Achmad Sholchan, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Rembang.
Museum Nyah Lasem terletak di Desa Karangturi yang merupakan desa wisata. Desa ini menjadi bagian penting dari sejarah Lasem yang merupakan kota tua dan terkenal akan keragamannya. Tidak hanya masyarakat etnis Jawa, tetapi keturunan Tionghoa juga berabad-abad lamanya menghidupi Lasem, terutama di desa ini.
“Kami berkerjasama dengan masyarakat dan komunitas. Arsip yang kita ajukan adalah milik perseorang yang dikelola oleh Museum Nyah Lasem, sebuah bangunan Cagar Budaya yang memiliki fungsi sebagai museum, warung makan, tempat diskusi dan guest house,” lanjutnya Achmad.
Oleh karena itu, Achmad dalam pernyataan bertanggal 28 November 2023 yang diterima National Geographic Indonesia, mengungkapkan betapa pentingnya menjaga warisan yang ada di Museum Nyah Lasem.
Suwargi N.S. sebagai pengelola Museum Nyah Lasem menyampaikan bahwa arsip-arsip yang diajukan ke MKB merupakan koleksi pribadi. “Arsipnya milik Bapak A.Soesantio dan Baskoro. Tapi kami kelola dan dikaji oleh peneliti Yayasan Lasem Heritage," terangnya.
Dia menambahkan, arsip ini penting bagi sumber pelajaran sejarah, terutama di Lasem. Untuk itu, tidak hanya dengan pengajuan ke MKB, arsip-arsip Museum Nyah Lasem pun digitalisasi supaya lebih mudah untuk mengaksesnya.
“Kami berkerjasama dengan masyarakat dan komunitas. Arsip yang kita ajukan adalah milik perseorang yang dikelola oleh Museum Nyah Lasem, sebuah bangunan Cagar Budaya yang memiliki fungsi sebagai museum, warung makan, tempat diskusi dan guest house,” lanjut Achmad.
Lebih lanjut, Yayasan Lasem Heritage yang mengelola Museum Nyah Lasem akan berusaha menyumbangkan kontribusi pada pelestarian Kawasan cagar Budaya Lasem dengan berbagai cara.
Agar kembali hidup, pelestarian ini dilakukan dengan menghadirkan museum sebagai pusat edukasi peran perempuan Lasem, pusat pengetahuan budaya Tionghoa Lasem, tempat diskusi komunitas, ruang pamer yang dikelola komunitas.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR