Nationalgeographic.co.id—Sejarah dunia pernah mencatat seorang pemimpin yang berani dan mengesankan. Meski secara fisik, tinggi badannya berada di bawah rata-rata pasukan perangnya, ia tetap pemimpin yang disegani.
Berdiri di depan seluruh pasukan perangnya, suara pekikan semangatnya didengar seluruh pasukan setianya. Hal itu bisa terjadi lantaran ia memiliki jiwa leadership yang mengesankan sejarah dunia. Ialah Napoleon Bonaparte.
Napoleon lahir pada 15 Agustus 1769 di pulau Corsica dalam keluarga keturunan bangsawan Italia. Sejak awal, ia membenci sistem monarki Prancis yang kerap absolutis. Hal itu mendorong jiwa revolusinya pada tahun 1789, saat ia bertugas sebagai tentara Prancis.
Masa emasnya ditorehkan pada tahun 1796, saat ia memulai kampanye militer melawan Austria bersama sekutu Italia mereka. Napoleon dan pasukannya mencetak kemenangan yang menentukan, dan mendorongnya menjadi pahlawan nasional.
Di balik semua itu, kemenangan berserjarah Prancis dikenang dalam sejarah dunia, berkat jiwa kepemimpinan Napoleon yang mengesankan. Emilio F. Iodice menerangkan dalam The Journal of Values-Based Leadership.
Iodice menggubah jurnal berjudul Lessons from History: The Astonishing Rise to Leadership and Power of Napoleon Bonaparte terbitan tahun 2022. Meski di awal ia diragukan banyak veteran, tapi Napoleon telah membuktikannya.
Dalam pengembaraannya memperjuangkan nasib Prancis, Jenderal Napoleon tunjukkan jiwa-jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Pemimpin muda bertubuh mungil yang pemberani. Membuktikan bahwa kelihaiannya berperang telah mengaburkan kekerdilan dirinya.
Satu kisah mengesankan kala itu, sejumlah tentara Prancis mengejar pasukan Austria sampai ke jembatan di atas sungai Adda, di jalan menuju kota Milan. Sebuah gerbang yang menentukan, membawa mereka menuju kematian atau kemenangan.
Pada posisi terdesak, Austria melancarkan serangan sporadis. "Austria mempertahankannya dengan seluruh nyawa mereka," imbuh Iodice. Pasukan Austria menghujan Prancis dengan peluru dan bom. Jenderal termuda Prancis itu harus membuat pilihan penting.
Napoleon berpikir, "jika dia melintasi jalan lintas itu, dia dan pasukannya bisa dihancurkan oleh hujan bom, atau jika mereka bisa mencapai sisi lainnya, Prancis akan dapat mengalahkan musuhnya," terusnya.
Kondisi yang kritis mendorong Napoleon segera membuat perhitungan untuk mengambil keputusan tepat dalam meloloskan Prancis dari "lubang neraka." Mereka tidak ingin mati begitu saja.
Source | : | The Journal of Values-Based Leadership |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR