Nationalgeographic.co.id—Saat ini, Sinterklas dengan rusa kutubnya adalah hal yang tak terpisahkan. Mereka adalah bagian dari karakternya seperti halnya janggut putih lebatnya, mantel merahnya, atau karung hadiahnya.
Kisah tentang rusa kutub menarik kereta Santa memang telah menjadi salah satu ikon yang paling dikenal dalam budaya populer. Di sisi lain, konsep tentang Sinterklas sendiri memiliki akar dalam sejarah yang beragam.
Peneliti Universitas Warwick di Inggris, Alexander Lee, menjelaskan bahwa perjalanan kereta luncur mereka di malam hari merupakan hasil dari reformasi agama, migrasi, dan pertukaran budaya.
Santo Nikolas
Menurut Lee, awalnya Sinterklas tidak memiliki hubungan dengan rusa kutub atau bahkan dengan natal. Kisahnya dimulai dari Santo Nikolas, seorang uskup abad keempat di Myra, di Turki modern.
“Meskipun tidak banyak yang diketahui tentang kehidupannya, beberapa karya hagiografi yang sampai kepada kita semua menjadi bukti kecintaannya pada anak-anak dan kedermawanannya,” jelas Lee.
Menurut Michael sang Archimandrite, ia pernah diberitahu tentang seorang pria yang telah kehilangan semua uangnya dan tidak mampu memberikan mas kawin untuk ketiga putrinya.
Karena hal ini akan menghalangi mereka untuk menikah, mungkin tidak ada pilihan lain kecuali harus menjadi pelacur untuk menghidupi diri mereka sendiri.
Tentu saja, Santo Nikolas sangat ingin membantu, tetapi tidak ingin mempermalukan mereka dengan memberikan sedekah secara terbuka. Untuk menghindari hal ini, ia mengendap-endap ke rumah mereka pada larut malam dan melemparkan sekantung emas melalui jendela.
Malam berikutnya, Santo Nikolas melakukan hal yang sama lagi. Namun, pada malam ketiga, sang ayah tetap terjaga dan memergoki Santo Nikolas sedang beraksi.
Sambil berlutut, sang ayah memujinya sebagai penyelamat keluargannya. Santo Nikolaus memintanya untuk tidak memberitahu siapapun tentang berkat yang diterimanya.
Source | : | History Today |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR