“Yi menjelajahi daerah tersebut dan menemukan endapan kaolin, tanah liat putih bersih dan ringan, yang memungkinkannya untuk memperkenalkan pabrik tembikar ke Jepang.” kata Kallie.
Tak lama kemudian, Arita menjadi pusat produksi tembikar di Kekaisaran Jepang. Yi Sam-pyeong menghabiskan sisa hidupnya di Jepang dan menggunakan nama Jepang Kanagae Sanbee.
Tembikar Satsuma
“Daimyo dari wilayah Satsuma di ujung selatan Pulau Kyushu juga ingin menciptakan industri tembikar,” jelas Kallie. “Oleh sebab itu, ia menculik perajin tembikar Korea dan membawa mereka kembali ke ibukotanya.”
Mereka mengembangkan gaya tembikar yang disebut “Satsuma”. Tembikar ini dipenuhi hiasan seperti lukisan pemandangan warna-warni dan hiasan emas.
Seperti barang pecah belah Arita, barang pecah belah Satsuma diproduksi untuk pasar ekspor. Melalui para pedagang Belanda, tembikar Satsuma menyebar ke Eropa.
Ri Bersaudara dan Tembikar Hagi
Tidak ingin ketinggalan, daimyo dari Prefektur Yamaguchi, di ujung selatan pulau utama Honshu juga menangkap seniman keramik Korea untuk membuat karya tembikar.
Tawanannya yang paling terkenal adalah dua bersaudara, Ri Kei dan Ri Shakko. Mereka membuat keramik dengan gaya baru yang disebut “Hagi” pada tahun 1604.
Berbeda dengan karya tembikar sebelumnya yang juga dijual ekspor, tembikar Hagi hanya dinikmati di Kekaisaran Jepang saja.
Saat ini, Kallie menjelaskan, “peralatan Hagi berada di urutan kedua setelah Raku dalam dunia perangkat upacara minum teh Jepang.”
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR