Penjelajahan melintasi Jalur Sutra ini tentunya tidak lepas dari kemasyhuran rute tersebut yang dikontrol oleh Kekaisaran Mongol. Kontrol yang diterapkan adalah dengan sistem tunggal tarif perdagangan dan pajak.
Sistem ini berbeda dari masa sebelumnya, ketika berbagai kerajaan dan suku menguasai Jalur Sutra secara terpisah dan mempunya sistem tarif berbeda yang menganggu pedagang.
Toleransi umat beragama
Sejarah abad pertengahan dipenuhi oleh cerita Perang Salib di mana terdapat perang antara dua agama besar: Islam dan Kekristenan. Konflik yang berfokus di Eropa dan Timur Tengah itu berjilid-jilid hingga beberapa abad.
Pada Perang Salib IX (1271–1272), Kekaisaran Mongol di bawah komando Hulagu Khan datang. Desas-desus kekejaman Mongol yang semakin dekat sudah terdengar sejak awal dan menjadi kekhawatiran baik oleh kekristenan Eropa maupun muslim Timur Tengah.
Memang, Kekaisaran Mongol cukup keji dalam cerita sejarah abad pertengahan ketika menaklukkan kota dan kerajaan. Kedatangan mereka yang sempat menghancurkan Bagdad pada 1258, menghubungkan Mongol dengan bangsa Ya'juj dan Ma'juj dalam cerita akhir zaman Islam dan Kekristenan.
Nyatanya, kehidupan Pax Mongolica tidak semengerikan itu. Kehidupan umat beragama baik muslim dan kristiani dilindungi, walau para pemimpin Mongol beragama Buddha atau Tengrisme (agama tradisional Mongolia).
Berkat kekuasaan Mongol pula, Islam bisa menyebar ke Eropa Timur jauh sebelum Kekaisaran Ottoman berdiri. Penyebarannya semakin pesat ketika para pemimpin Gerombolan Emas dan Ilkhanat mualaf.
Agama Kristen Nestoria juga mengalami kebangkitan, terlebih keluarga Hulagu Khan juga ada yang memeluk agama ini. Bar Sauma, penjelajah dari Tiongkok yang bisa berjalan ke Eropa Barat juga adalah pemuka agama Kristen Nestoria.
Jalur Sutra yang lebih aman juga memungkinkan agama Buddha masuk ke Tiongkok lebih besar pada masa Dinasti Yuan, ketimbang pada masa awal penyebarannya era Dinasti Han.
Perpecahan Mongol yang menyurutkan Pax Mongolica
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | ancient origins,thought.co |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR