Setelah hidangan tersaji, Mitsugorō langsung melahapnya. Setiap kali ia memasukkan hati ikan buntal itu ke mulutnya, rasa yang tak biasa meronai setiap gigitannya. Menciptakan sensasi lain dari yang lain: kesemutan di bagian lidah dan bibirnya.
Mitsugorō bukan berarti tidak tahu bahwa ikan buntal bisa kapan saja membunuh orang yang memakannya. Ia hanya "ingin menunjukkan kepada teman-temannya bahwa dia bisa bertahan empat kali lipat dari racun yang bisa membunuh orang normal," imbuh McCurry.
Dalam sekejap, setiap hati ikan buntal itu masuk ke tubuhnya, rasa kesemutan itu mengalir lewat aliran darah. Ikan buntal yang masuk ke kerongkongannya, turut meronai rasa kesemutan juga ditenggorokannya dan menjalar ke seluruh tubuh.
Beberapa menit setelahnya, ia mulai merasa kebas di seluruh tubuh. Lama-kelamaan, kesemutan sekujur tubuhnya itu membuat Mitsugorō tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya.
Perlahan, ia mulai merasakan sesak di paru-parunya. Hampir sejam dan dia mulai mengalami kesulitan bernafas. Semakin terengal-engal dan seketika wajahnya berubah menjadi pucat pasi.
Hanya dalam hitungan empat jam, Mitsugorō yang sohor seantero Jepang itu dinyatakan telah meninggal dunia setelah menelan empat hati ikan buntal. Ia wafat pada tanggal 16 Januari 1975 di usia 68 tahun.
Zat beracun dalam ikan buntal disebut tetrodotoxin, menyebabkan puluhan orang jatuh sakit setiap tahun, beberapa diantaranya berakibat fatal: kematian, menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan Jepang.
Setelah kematian Bandō Mitsugorō VIII, belum diketahui nasib dari restoran di Kyoto yang menyajikan hidangan ikan buntal yang membunuh sang akrot sohor. Yang jelas, sang koki yang menyiapkan hidangan itu telah dicabut lisensinya sekaligus mengakhiri karirnya.
Tidak hanya Mitsugorō yang menjadi korban dari kenikmatan membunuh ikan buntal. Sudah banyak korban yang membuat hidangan ikan buntal dicekal pemerintah dan dilarang untuk dihidangkan.
Seperti halnya di Osaka, sebuah restoran digerebek usai diduga menghidangkan ikan buntal dalam sajian menunya. Otoritas keamanan pangan setempat telah melarang jaringan restoran tersebut untuk menyajikan ikan buntal.
Bagaimanapun, ikan fugu atau ikan buntal telah menjadi kunci kelezatan dari Jepang. Dan Jepang juga lebih dikenal di dunia barat sebagai penyaji ikan buntal yang membuat sensasi menantang bagi pencinta kuliner ekstrem.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | The Guardian,History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR