Nationalgeographic.co.id—Anjing menjadi salah satu hewan yang banyak tercatat dalam sejarah peradaban kuno. Baik dalam sejarah Mesir, Yunani, Romawi, Mesopotamia, hingga Persia, keberadaan anjing telah dikenal karena perannya dalam berbagai kehidupan manusia.
Namun, perkembangan anjing di Tiongkok memiliki cerita yang menarik. Perannya dalam keseharian hingga mitologi manusia di Tiongkok bisa ditelisik setidaknya puluhan ribu tahun yang lalu.
Anjing merupakan hewan hasil domestikasi terlama di Tiongkok Bukti domestikasi anjing paling lama tercatat 15 ribu tahun lalu, di mana sisa-sisanya ditemukan dalam kuburan masa Neolitikum di Desa Banpo, Shaanxi.
Pada masa-masa peradaban ini, anjing memiliki peran sebagai pemburu, peliharaan, penggembala, hingga sebagai sumber makanan dan hewan kurban. Namun, perannya dalam masyarakat Tiongkok kuno lebih banyak sebagai pekerja dibandingkan peliharaan.
"Anjing mungkin digunakan untuk makanan dan pakaian, tapi yang paling signifikan adalah untuk transportasi. Dalam kapasitas waktu mendatang sebagai hewan pembawa barang yang penting bagi masyarakat suku, anjing telah menjadi bagian dari teknologi efisiensi di hutan," tulis cendekiawan Judith M. Treistman sebagaimana dilansir dari World History.
Lebih rinci, anjing juga digunakan sebagai hewan pemburu bagi masyarakat setempat. Mulai dari menangkap ikan sampai membawa hewan yang sudah mati ke desa untuk dimasak. Hingga saat waktunya sudah tua, bagian bulu dan tubuh anjing lainnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Anjing dalam Kepercayaan Mitologi & Cerita Rakyat
Tak hanya dalam rutinitas masyarakat, anjing pada masa Tiongkok kuno juga memiliki pengaruh dalam segi mitologi. Hal ini dibuktikan dengan temuan gambar-gambar yang menyerupai anjing di sebuah pecahan keramik bersamaan dengan gambar makhluk mistis berbentuk babi-naga.
Begitu pula dalam astrologi Tiongkok, di mana anjing merupakan hewan ke-11 dari 12 hewan dalam zodiak atau shio. Umumnya, orang-orang dengan shio anjing memiliki karakter yang loyal, bisa dipercaya, dan baik hati.
Kualitas karakter inilah yang membuatnya dihargai, bahkan dalam cerita rakyat China. Sebagai contoh, masyarakat etnis Yao dan She memuja anjing bernama Panhu, di mana anjing ini juga menjadi alasan kedua suku tersebut melarang konsumsi daging anjing.
Dalam salah satu mitosnya, Panhu dipercaya sebagai anjing milik Kaisar Ku yang melawan jenderal dari kerajaan lawan. Karena membawa kepala dari lawan tersebut, sang kaisar akhirnya memberikan Panhu putrinya sebagai hadiah.
Kisah ini diakhiri dengan Panhu membawa putri kaisar ke sebuah pegunungan di bagian selatan Tiongkok. Setelahnya, Panhu menjadi manusia laki-laki dan memiliki banyak anak bersama sang putri.
Penulis | : | Laurensia Felise |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR