Nationalgeographic.co.id—Sejarah Perang Dunia II adalah sejarah kelam bagi anak-anak di banyak negara, termasuk anak-anak di Inggris. Masa Perang Dunia II adalah masa pergolakan besar bagi anak-anak di Inggris. Lebih dari satu juta orang dievakuasi dari kota-kota besar dan kecil dan harus menyesuaikan diri dengan perpisahan dari keluarga dan teman.
Banyak dari mereka yang tetap tinggal, mengalami serangan bom dan terluka atau kehilangan tempat tinggal. Semua harus menghadapi ancaman serangan perang hingga perubahan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari.
Gangguan dan kekurangan terus berlanjut setelah perang. Lalu pada periode pascaperang terjadi perubahan yang berdampak jangka panjang pada kehidupan anak-anak. Berikut beberapa dampak yang dialami anak-anak akibat sejarah Perang Dunia II.
1. Ancaman perang
Pada tahun 1930-an, kebangkitan Nazisme menjadi ancaman yang semakin besar terhadap perdamaian di Eropa. Inggris mulai bersiap menghadapi kemungkinan perang berikutnya. Ada kekhawatiran bahwa serangan udara dan serangan gas akan dilancarkan terhadap warga sipil, dan rencana rinci untuk Tindakan Pencegahan Serangan Udara (ARP) telah disusun.
Selama Krisis Munich pada tahun 1938, perang tampaknya akan segera terjadi dan beberapa tindakan pencegahan segera dilakukan. Tempat penampungan serangan udara dibagikan kepada para penghuni rumah, pemadaman listrik pada malam hari direncanakan dan 38 juta masker gas dibagikan.
Pengaturan juga dilakukan untuk evakuasi massal anak-anak dari kota. Pada saat ini Inggris juga menjadi rumah bagi 4.000 'Nino', anak-anak yang terjebak dalam perjuangan melawan fasisme di Spanyol.
Sejak Desember 1938, hampir 10.000 anak-anak Yahudi dari Jerman, Austria, dan Cekoslowakia dikirim oleh orang tua mereka ke Inggris dengan 'Kindertransport', untuk menghindari penganiayaan Nazi.
2. Evakuasi
Pada tanggal 1 September 1939, dua hari sebelum perang diumumkan, pemerintah Inggris mulai mengevakuasi anak-anak dari kota-kota besar. Itu adalah pergerakan manusia terbesar yang pernah terjadi di Inggris.
Sebagian besar anak-anak bepergian dengan kereta api bersama sekolah mereka dan tinggal bersama orang tua asuh. Evakuasi merupakan sebuah petualangan bagi sebagian orang yang belum pernah melihat pedesaan, tetapi sebagian lainnya rindu kampung halaman dan tidak bahagia.
Orang tua asuh seringkali terkejut dengan kurangnya kebersihan dan pola makan yang buruk pada anak-anak di kota. Demikian pula, beberapa anak kota mendapati diri mereka tinggal di komunitas pertanian primitif yang terisolasi, tanpa listrik atau air ledeng.
Source | : | Imperial War Museums |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR