Laporan saksi mata memberikan gambaran mengerikan tentang pembantaian tersebut. Para pasien ditusuk dengan bayonet di tempat tidur mereka, staf medis ditembak atau ditusuk ketika mereka berusaha merawat yang terluka, dan mereka yang mencoba menyerah tidak diberi belas kasihan.
Ruang operasi rumah sakit, tempat penyembuhan dan harapan, diubah menjadi rumah jagal.
Pada saat pembantaian tersebut berakhir, diperkirakan 200 hingga 300 orang telah dibunuh secara brutal.
Jumlah pastinya masih belum pasti karena situasi yang kacau dan kurangnya catatan yang komprehensif.
Beberapa hari setelah pembantaian tersebut, pasukan Jepang menguasai rumah sakit tersebut.
Meskipun kekejaman telah terjadi, staf medis yang tersisa, di bawah pengawasan Jepang, terpaksa melanjutkan pekerjaan mereka.
Mereka merawat orang-orang yang terluka, termasuk para prajurit yang melakukan pembantaian tersebut, dalam kondisi yang sangat menantang.
Rumah sakit tersebut, meskipun terjadi peristiwa yang mengerikan, tetap berfungsi sebagai fasilitas kesehatan selama masa pendudukan Jepang.
Investigasi dan persidangan pasca perang
Berakhirnya sejarah Perang Dunia II pada tahun 1945 menandai dimulainya proses pencarian keadilan yang panjang dan rumit atas kekejaman yang dilakukan selama konflik.
Di antaranya adalah pembantaian Rumah Sakit Alexandra, sebuah kejahatan perang yang mengejutkan dunia dengan kebrutalannya.
Proses investigasi dan pertanggungjawaban atas peristiwa mengerikan ini penuh dengan tantangan, namun hal ini merupakan langkah penting dalam upaya mencapai keadilan.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR