Periode jauh dari Roma ini memaparkannya pada budaya dan gagasan yang berbeda, sehingga semakin memperluas cakrawala intelektualnya.
Sekembalinya ke Roma, ia memulai karier di bidang politik dan hukum, namun hatinya tetap berakar kuat pada filsafat.
Bagaimana Seneca bertemu Nero Muda?
Karier Seneca merupakan perpaduan unik antara filsafat dan politik. Sekembalinya ke Roma dari Mesir, ia memulai karir politik, bertugas di Senat Romawi.
Kefasihan, kecerdasan, dan kecerdasan politiknya dengan cepat menarik perhatian istana Kekaisaran Romawi kuno.
Namun, kemajuan politiknya bukannya tanpa tantangan. Pada masa pemerintahan Kaisar Claudius, Seneca dituduh berzina dengan Julia Livilla, keponakan kaisar, dan diasingkan ke Korsika pada tahun 41 M.
Meskipun mengalami kemunduran ini, nasib Seneca berubah menjadi lebih baik ketika istri Claudius, Agrippina, memastikan dia dipanggil kembali dari pengasingan pada tahun 49 M.
Seneca ditunjuk sebagai guru bagi putra Agrippina, calon Kaisar Nero, sebuah peran yang akan mengangkatnya ke puncak kekuasaan Romawi.
Sebagai penasihat Nero, Seneca berperan penting dalam membimbing kaisar muda tersebut selama tahun-tahun awal pemerintahannya, suatu periode yang sering disebut sebagai "quinquennium Neronis", atau "lima tahun baik" pemerintahan Nero.
Sejalan dengan karier politiknya, Seneca menghasilkan sejumlah besar karya hingga menjadi salah satu filsuf Stoa terkemuka.
Tulisan filosofisnya, yang meliputi esai, surat, dan dialog, mencakup berbagai topik, mulai dari etika dan moralitas hingga hakikat alam semesta dan kondisi manusia.
Di antara karyanya yang paling terkenal adalah "Surat Moral untuk Lucilius", kumpulan 124 surat yang mengeksplorasi berbagai topik filosofis, dan "Tentang Singkatnya Hidup", yang merupakan refleksi tajam tentang sifat kehidupan yang cepat berlalu dan pentingnya menjalaninya dengan bijak.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR