Pada akhir abad ke-20, Averroes Secundus, seorang warga Suriah, menulis buku Terra incognita Perpetua. Di buku tersebut diungkapkan bagaimana Secundus mengunjungi fasilitas labirin bawah tanah yang terletak di Spanyol. Fasilitas itu terletak di suatu tempat di bawah Dataran Tinggi Sierra Morena.
Dia menyebutkan bahwa ada banyak pintu masuk yang terletak di tingkat bawah tanah dari bangunan-bangunan yang ditinggalkan dari wilayah tersebut. Juga di dalam gua-gua. Menurut Secundus, ada sistem katakombe sangat luas sehingga mencapai Castilia, Galicia, Catalunya dan Basque Country. Semua itu membentang hingga lebih dari beberapa ratus kilometer.
Labirin tersebut konon dipenuhi dengan harta karun yang tak terbayangkan dan dihuni oleh sebuah komunitas. Perpustakaan mereka penuh dengan buku-buku yang berisi rahasia terbesar dan paling dijaga ketat di alam semesta. Segala sesuatu yang belum ditemukan hingga saat itu sedang diteliti dan diujicobakan di dalam laboratorium rahasia mereka.
Averroes Secundus bahkan menyatakan bahwa dia bertemu langsung dengan Nicolas Flamel yang terkenal keadaan hidup dan sehat.
Flamel memberi tahu Secundus tentang bagaimana dia melakukan eksperimen untuk mengubah yang terlihat menjadi yang tidak terlihat. Tujuan dari tugas ini adalah untuk menemukan metode pamungkas untuk melindungi dunia tersembunyi dari keserakahan orang luar. Tentu saja, para anggota komunitas melindungi fasilitas rahasia tersebut. Mereka menerapkan banyak peraturan dan prosedur dalam hal ini.
Sistem perlindungan khusus untuk masuk ke fasilitas itu dirancang dan diawasi oleh Flamel sendiri. Satu-satunya cara untuk membuka pintu yang tersembunyi adalah dengan memberi isyarat kepada orang-orang di bawah. Hanya satu orang pada satu waktu yang bisa masuk.
Benarkah Nicolas Flamel dan istrinya masih hidup? Meski menarik, namun tidak ada bukti bahwa Flamel dan istrinya Perenelle mencapai keabadian dan hidup hingga kini.
Source | : | Atlas Obscura,Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR