Ibnu Hawqal adalah orang pertama yang melakukan perjalanan ke selatan garis khatulistiwa di sepanjang pantai Afrika Timur. “Di sana ia menyaksikan berkembangnya suku-suku Afrika yang menurutnya adalah kafir,” tambah Vuckovic. Sebaliknya, penulis Yunani kuno sebelumnya telah menulis bahwa kawasan ini tandus dan tidak dapat dihuni. Catatan para penulis Yunani itu hanya berdasarkan logika sederhana dan tanpa benar-benar melakukan perjalanan atau menjelajahi kawasan tersebut.
Namun, tidak semua uraian Ibn Hawqal sopan. “Karena dipicu oleh perpecahan politik dan agama, penjelajah ini merendahkan dan secara kasar menggambarkan budaya Eropa yang ditemuinya,” jelas Vuckovic. Misalnya Ibnu Hawqal menjuluki penduduk Kristen di Palermo sebagai barbar dan tidak beradab.
Saat Ibnu Hawqal melakukan perjalanan melalui Mediterania, ia mengunjungi wilayah Muslim yang bersahabat di Sisilia dan Al-Andalus. Ia meninggalkan catatan penting tentang komunitas Muslim yang berkembang di Fraxinetum, yang sekarang disebut La Garde-Freinet di Prancis.
Selain itu, ia melakukan perjalanan signifikan ke Tanah Rum atau Kekaisaran Bizantium. Sang penjelajah memperhatikan wajah ibu kotanya yang multikultural dan beragam, Konstantinopel.
Terlebih lagi, Ibnu Hawqal adalah salah satu orang pertama yang melakukan perjalanan ke wilayah Kaukasus. Ia mencatat dengan penuh perhatian terhadap detail bahwa sekitar 360 bahasa digunakan di sana. Semuanya disatukan oleh bahasa Arab sebagai lingua franca di wilayah tersebut.
30 tahun perjalanan Ibnu Hawqal ke penjuru dunia
Dalam perjalanannya, Ibnu Hawqal mengunjungi negeri-negeri Bulgar dan Khazar, masyarakat padang rumput Eropa. Dia mencatat tentang Saqaliba (bahasa Arab Abad Pertengahan untuk Slavia) yang tinggal di Balkan. Ia bahkan membuat deskripsi rinci tentang ibu kota Rus, Kiev.
Setelah itu, perjalanannya membawanya lebih jauh ke timur, ke negeri Sindh di sepanjang Sungai Indus. Di negeri itu ia membuat garis besar geografis wilayah yang jauh ini. Peta lengkapnya mengenai dunia yang dikenal, meskipun sederhana menurut standar saat itu, menyebutkan semua budaya dan negara yang tepat. Begitu akuratnya peta pada masanya, sehingga sangat membantu para pelancong maritim dan karavan Arab.
Pada akhirnya magnum opus karya Ibnu Hawqal yang diberi judul Wajah Bumi (Face of the Earth) merupakan karya yang benar-benar revolusioner pada abad ke-10. Selama 30 tahun Ibnu Hawqal melakukan perjalanan dan penjelajahan. Ia mengumpulkan pengetahuan luas tentang dunia yang dikenal. Sang pionir juga menyediakan sumber daya yang tak ternilai bagi semua pelancong, pedagang, dan penguasa di setiap kerajaan dan kekaisaran.
Penjelajah Muslim kuno ini menginspirasi literasi, perjalanan, eksplorasi, dan memupuk pemahaman yang lebih mendalam tentang geografi secara keseluruhan. Berabad-abad kemudian, tulisannya terus memberikan gambaran luar biasa tentang cara memahami dunia pada awal Abad Pertengahan.
Warisan Ibnu Hawqal bertahan sebagai sumber yang tak ternilai, mengilhami pemahaman kita tentang dunia seperti yang dirasakan di masa lalu.
Dua Pendaki Wanita Meninggal dalam Tragedi Puncak Cartenz Papua, Ini Profil dan Kronologinya
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR