Nationalgeographic.co.id—Ketika garis besar dunia yang dikenal masih menjadi misteri, sarjana dunia Muslim bangkit sebagai pionir eksplorasi dan geografi. Ibnu Hawqal, yang hidup pada abad ke-10 M, dianggap sebagai salah satu penulis perjalanan awal dalam sejarah dunia.
Berkat eksplorasi dan pemetaan ekstensif, masyarakat awal Abad Pertengahan memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik tentang dunia di sekitar mereka. Termasuk budayanya.
Ibnu Hawqal, sang perintis eksplorasi dan geografi dalam sejarah Islam
Lahir di kota Nisibis di Mesopotamia Atas (sekarang Nusaybin di Turki), Muhammad Abu'l-Qasim Ibn Hawqal meninggalkan jejaknya sebagai sarjana Muslim terkemuka. Rincian kehidupan awalnya tidak diketahui, kecuali nama lahirnya adalah Ali Ibn Hawqal al-Nasibi.
Selama masa hidupnya, semua kerajaan dan negara besar hanya mempunyai gagasan yang samar-samar tentang garis besar dunia di sekitarnya. “Peta pun hampir tidak ada,” tulis Aleksa Vuckovic di laman Ancient Origins.
Secara umum diketahui bahwa ada budaya aneh yang ada di luar negeri. Namun tata letak persis wilayah tersebut masih menjadi misteri. Misalnya, wilayah di Utara, seperti di Skandinavia, sebenarnya tidak dikenal oleh penduduk Kekaisaran Bizantium atau dunia Arab. Sementara wilayah yang lebih dekat masih menjadi teka-teki.
Tapi Ibnu Hawqal adalah orang yang mengakhiri kekosongan pengetahuan itu. Antara tahun 943 dan 969 M, ia melakukan perjalanan secara ekstensif ke seluruh dunia. Ia mengeksplorasi Eropa, Asia, dan Afrika, meninggalkan catatan rinci tentang apa yang dilihatnya. Selama perjalanan, Ibnu Hawqal menciptakan beberapa peta dunia pertama yang kredibel.
Pada tahun 977 M ia menyelesaikan karyanya yang paling penting dan berpengaruh: Surat al-'Ard atau Wajah Bumi. Prestasi puncaknya itu selesai sesaat sebelum kematiannya sekitar tahun 978 M.
Sebagian besar penyelidikannya didasarkan pada teks geografis paling awal yang ditulis oleh ahli geografi Arab. Misalnya Istakhri dan Ahmed ibn Sahl al-Balkhi, keduanya hidup pada abad ke-10. Namun penelitian mereka tidak sedetail dan seluas penelitian yang dirintis oleh Ibnu Hawqal.
Dedikasinya terhadap eksplorasi, gaya penulisannya yang unik, dan humornya, semuanya memengaruhi penulis dan cendekiawan perjalanan Arab di kemudian hari.
Menjelajahi dunia barbar dan tidak beradab di abad ke-10
Selama abad ke-10, dunia Arab dalam banyak hal lebih maju dibandingkan daratan Eropa. Hal ini tentunya merupakan kejutan budaya yang besar bagi Ibnu Hawqal saat melakukan perjalanan. Ia pun melihat banyak budaya dan kota yang beragam. Meski begitu, perjalanannya tetap sensasional dan menetapkan standar baru bagi para penjelajah.
Ibnu Hawqal adalah orang pertama yang melakukan perjalanan ke selatan garis khatulistiwa di sepanjang pantai Afrika Timur. “Di sana ia menyaksikan berkembangnya suku-suku Afrika yang menurutnya adalah kafir,” tambah Vuckovic. Sebaliknya, penulis Yunani kuno sebelumnya telah menulis bahwa kawasan ini tandus dan tidak dapat dihuni. Catatan para penulis Yunani itu hanya berdasarkan logika sederhana dan tanpa benar-benar melakukan perjalanan atau menjelajahi kawasan tersebut.
Namun, tidak semua uraian Ibn Hawqal sopan. “Karena dipicu oleh perpecahan politik dan agama, penjelajah ini merendahkan dan secara kasar menggambarkan budaya Eropa yang ditemuinya,” jelas Vuckovic. Misalnya Ibnu Hawqal menjuluki penduduk Kristen di Palermo sebagai barbar dan tidak beradab.
Saat Ibnu Hawqal melakukan perjalanan melalui Mediterania, ia mengunjungi wilayah Muslim yang bersahabat di Sisilia dan Al-Andalus. Ia meninggalkan catatan penting tentang komunitas Muslim yang berkembang di Fraxinetum, yang sekarang disebut La Garde-Freinet di Prancis.
Selain itu, ia melakukan perjalanan signifikan ke Tanah Rum atau Kekaisaran Bizantium. Sang penjelajah memperhatikan wajah ibu kotanya yang multikultural dan beragam, Konstantinopel.
Terlebih lagi, Ibnu Hawqal adalah salah satu orang pertama yang melakukan perjalanan ke wilayah Kaukasus. Ia mencatat dengan penuh perhatian terhadap detail bahwa sekitar 360 bahasa digunakan di sana. Semuanya disatukan oleh bahasa Arab sebagai lingua franca di wilayah tersebut.
30 tahun perjalanan Ibnu Hawqal ke penjuru dunia
Dalam perjalanannya, Ibnu Hawqal mengunjungi negeri-negeri Bulgar dan Khazar, masyarakat padang rumput Eropa. Dia mencatat tentang Saqaliba (bahasa Arab Abad Pertengahan untuk Slavia) yang tinggal di Balkan. Ia bahkan membuat deskripsi rinci tentang ibu kota Rus, Kiev.
Setelah itu, perjalanannya membawanya lebih jauh ke timur, ke negeri Sindh di sepanjang Sungai Indus. Di negeri itu ia membuat garis besar geografis wilayah yang jauh ini. Peta lengkapnya mengenai dunia yang dikenal, meskipun sederhana menurut standar saat itu, menyebutkan semua budaya dan negara yang tepat. Begitu akuratnya peta pada masanya, sehingga sangat membantu para pelancong maritim dan karavan Arab.
Pada akhirnya magnum opus karya Ibnu Hawqal yang diberi judul Wajah Bumi (Face of the Earth) merupakan karya yang benar-benar revolusioner pada abad ke-10. Selama 30 tahun Ibnu Hawqal melakukan perjalanan dan penjelajahan. Ia mengumpulkan pengetahuan luas tentang dunia yang dikenal. Sang pionir juga menyediakan sumber daya yang tak ternilai bagi semua pelancong, pedagang, dan penguasa di setiap kerajaan dan kekaisaran.
Penjelajah Muslim kuno ini menginspirasi literasi, perjalanan, eksplorasi, dan memupuk pemahaman yang lebih mendalam tentang geografi secara keseluruhan. Berabad-abad kemudian, tulisannya terus memberikan gambaran luar biasa tentang cara memahami dunia pada awal Abad Pertengahan.
Warisan Ibnu Hawqal bertahan sebagai sumber yang tak ternilai, mengilhami pemahaman kita tentang dunia seperti yang dirasakan di masa lalu.
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR