Nationalgeographic.co.id—Ketika Dinasti Ming mulai melemah, mesin militernya yang dulunya perkasa berdasarkan sistem Wei Suo juga berantakan. Para prajurit kurang dilatih dan dibayar rendah, dan desersi menjadi semakin merajalela.
Menyadari penurunan kekuatan tempur tentara yang mengkhawatirkan, beberapa jenderal Ming mengambil inisiatif. Mereka merekrut dan melatih pasukan yang lebih baik dari kantong pribadi mereka.
Namun, hukum Dinasti Ming secara eksplisit melarang para jenderalnya untuk membentuk pasukan pribadi. Meski demikian, para jenderal ini memanfaatkan celah dalam hukum tersebut dengan mengkategorikan pasukan pribadinya sebagai Jia Ding atau "pembantu rumah tangga", dan bukannya tentara. Dengan demikian, inilah asal mula sistem Jia Ding.
Jia Ding juga dikenal dengan berbagai macam nama lain, seperti Jia Ren, Qin Bing, Jia Bing, dan lain sebagainya. Tidak seperti pasukan reguler, Jia Ding berutang kesetiaan kepada komandan mereka, bukan kepada negara.
Sesuai dengan status mereka sebagai pasukan elite, Jia Ding menikmati gaji beberapa kali lipat dari pasukan reguler, serta banyak keuntungan lainnya.
Namun seiring berjalannya waktu, negara mulai melonggarkan hukum dan Ja Ding secara resmi diakui oleh negara. Seperti yang diterangkan David Robinson dalam “Why Military Institutions Matter for Ming History", yang terbit dalam Journal of Chinese History 1, tahun 2017:
“Negara mulai mempekerjakan tentara bayaran pada abad ke-15, dan pada pertengahan abad ke-16, banyak komandan militer yang efektif secara aktif merekrut tentara dengan upah yang kompetitif, termasuk bonus perekrutan yang besar.”
Jia Ding berubah dari yang tadinya hanya tunduk pada komandan mereka menjadi status kesetiaan ganda pada komandan mereka dan negara (meskipun pada kenyataannya kesetiaan mereka tetap pada komandan mereka).
Pemerintah Dinasti Ming juga mengangkat sejumlah Jia Ding secara langsung tanpa perantara. Jia Ding yang dipekerjakan oleh negara ini dikenal sebagai Zai Ying Jia Ding (artinya 'Jia Ding dalam resimen'). Pasukan tersebut berbeda dengan Jia Ding yang memiliki kesetiaan ganda (Sui Ren Jia Ding).
“Tentara bayaran menjadi pasukan tempur utama dinasti ini, membuktikan kemampuan mereka di sepanjang perbatasan utara, pantai tenggara, dan di tempat lain, sekaligus meningkatkan pengeluaran militer,” kata David.
Baca Juga: Nasib Pilu Perempuan Tiongkok di Balik Lukisan Cantik Dinasti Ming
Proses Perekrutan
Karena Jia Ding adalah pasukan pribadi para jenderal Ming, maka tidak ada kriteria atau metode perekrutan yang baku. Kendati demikian, dilansir Great Ming Military, terdapat sejumlah cara yang umumnya digunakan untuk mendapatkan pasukan Jia Ding.
Pertama, mereka adalah tentara yang berasal dari pasukan Wei Suo. Kemunduran sistem Wei Suo membuat para tentara kesulitan dalam menopang kehiodupan keluarga mereka.
Oleh karena itu, mereka meminta bantuan kepada komandan mereka (bukan kepada negara). Para prajurit ini kemudian dipilih sendiri oleh komandan mereka untuk menjadi Jia Ding.
Selain mereka yang telah menjadi bagian dari unit Wei Suo, tak jarang para komandan memanfaatkan momen pendaftaran pasukan reguler, untuk mencomot mereka yang terbaik sebagai Jia Ding.
Yang sangat menarik, sumber utama tentara Jia Ding adalah tawanan perang yang menyerah dan orang asing. Mereka biasanya berasal dari Mongol, Jurchen, Tiongkok, Korea, Jepang, Asia Tenggara, India, dan bahkan Afrika.
Sementara itu, para jenderal yang ada di perbatasan tak terlalu peduli dalam memilih pasukan pribadinya. Mereka merekrut para penjahat yang sedang dihukum.
Beberapa Jia Ding dengan latar belakang kriminal setia sampai mati karena diberi kesempatan kedua dalam hidup, sementara yang lain memiliki kecenderungan untuk membuat masalah dan bahkan mungkin mengkhianati komandan mereka.
Bantuan jangka pendek, konsekuensi jangka panjang
Jia Ding adalah pasukan yang sangat termotivasi, terlatih dengan baik, dan dilengkapi dengan peralatan yang lengkap dengan kesiapan tempur yang sangat tinggi.
Mereka menjadi terkenal selama kemunduran sistem Wei Suo, dan dengan cepat menjadi tulang punggung mesin militer Ming. Dapat dikatakan bahwa pasukan elite ini mencegah kehancuran militer Dinasti Ming dan sangat penting dalam mengamankan wilayah Tiongkok.
Sayangnya, Jia Ding sangat mahal untuk dipelihara. Bahkan, biaya perawatan mereka yang tinggi menjadi penguras ekonomi yang sangat besar, sehingga pemerintah Ming mencoba beberapa kali untuk membatasi dan mengurangi jumlah mereka (meski tidak berhasil).
Banyak jenderal juga merekrut lebih banyak lagi orang-orang berbadan sehat dari pasukan Ming untuk menjadi Jia Ding. Mereka menggelapkan uang yang seharusnya digunakan untuk membayar pasukan reguler untuk membayar pasukan pribadi mereka, dan bahkan memaksa pasukan reguler untuk menjadi pelayan Jia Ding.
Masalah-masalah ini segera menciptakan imbas negatif yang memperparah kemunduran militer Dinasti Ming lainnya.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR