Nationalgeographic.co.id—Kemungkinan manusia merayakan ulang tahun keseratus telah meningkat secara dramatis sejak Revolusi Industri. Namun jumlah absolut orang yang berumur seratus tahun masih tetap rendah, yaitu kurang dari 100 per 1 juta orang secara global.
Dalam pencarian terhadap usia super prasejarah, para ilmuwan telah mencatat bahwa umur manusia meningkat dua kali lipat selama periode sekitar 300.000 tahun evolusi. Mereka menemukan bahwa kerangka Homo sapiens dan Neanderthal secara umum menunjukkan lebih banyak tanda-tanda usia tua dibandingkan spesies hominid sebelumnya.
Angka harapan hidup kemudian meningkat dua kali lipat lagi setelah tahun 1800. Itu adalah momen ketika era industri menandai kemajuan besar dalam bidang kesehatan dan peningkatan standar hidup.
Pada titik ini, penting untuk menyoroti perbedaan antara angka harapan hidup dan umur. Angka harapan hidup merupakan ukuran rata-rata usia kematian dalam suatu populasi, sedangkan umur menunjukkan usia maksimum yang dapat dicapai oleh seseorang.
Angka harapan hidup manusia di zaman kuno diperkirakan sangat rendah dalam sepanjang sejarah umat manusia. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh tingginya angka kematian bayi di masa itu.
Di zaman Romawi kuno, misalnya, hanya 50 persen anak-anak diperkirakan mampu bertahan hidup hingga dewasa. Jika usia dewasa adalah 18 tahun, itu berarti hanya satu dari dua anak di Romawi kuno yang bisa mencapai usia 18 tahun.
Angka kematian dini serupa juga telah dihitung berdasarkan kerangka dari Eropa Zaman Perunggu dan Peru kuno. Akibatnya, angka harapan hidup sebelum abad ketujuh belas diperkirakan hanya 24 tahun.
Namun, ini tidak berarti bahwa orang tidak dapat mencapai usia lanjut. Bahkan, mereka yang berhasil melewati masa puber sering kali mendapatkan babak yang cukup baik.
Misalnya, penelitian terhadap hampir 300 pria Yunani-Romawi yang masa hidup mereka dicatat di kuburan mereka mengungkapkan bahwa usia rata-rata kematian adalah 72 tahun.
Menurut para peneliti dalam studi terkait ini, yang tertua dari individu-individu ini hidup hingga usia 107 tahun. Meski demikian tidak mungkin untuk memvalidasi usia yang tertera pada tulisan di batu nisan kuno.
Membantah keberadaan manusia berumur seratus tahun kuno ini, sebuah studi statistik yang sering dikutip menyatakan bahwa kemungkinan manusia mencapai usia 100 tahun sebelum abad kesembilan belas adalah nihil.
Namun, analisis terpisah menyimpulkan bahwa, berdasarkan angka harapan hidup di zaman dahulu, kemungkinan besar setidaknya satu orang telah mencapai usia 100 tahun sekitar tahun 2500 SM. Itu adalah periode ketika populasi dunia berjumlah sekitar 100 juta.
Identitas hipotetis orang berusia seratus tahun pertama ini tidak diketahui. Namun sebuah papirus Mesir kuno mengklaim bahwa firaun Pepi II dari Dinasti Keenam memerintah selama 94 tahun setelah naik takhta pada usia enam tahun pada tahun 2281 SM.
Belakangan, penulis Romawi terkenal, Pliny the Elder, menyebutkan banyak individu yang sangat tua dalam teksnya Natural History. Diantaranya adalah Terentia, istri penyair Cicero, yang konon berusia 103 tahun, sedangkan Clodia, istri Ofilius, tercatat berusia 115 tahun.
Namun, sekali lagi, kebenaran klaim ini sulit untuk dipastikan. Lebih lanjut, analisis statistik menunjukkan bahwa orang yang disebut super-centenarian –yang berarti mereka yang berusia lebih dari 110 tahun– tidak mungkin ada sebelum sekitar 300 tahun lalu.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR