Upaya daur ulang membutuhkan ongkos yang besar. Perusahaan mana pun yang akan mengadakan kegiatan keberlanjutan akan memikirkan pengeluaran keuangan. Lantas, bagaimana pada akhirnya ERHA menerapkan program berkelanjutan ini?
Ide Start to Change ini pernah digagas Oemar pada 2017, namun ditolak karena biaya. "Cost-nya mahal. Perusahaan mana yang mau mengeluarkan cost untuk layanan daur ulang seperti itu. Alatnya juga mahal," terang Oemar.
Pada 2021, Oemar kembali menawarkan ide kepada manajemen Arya Noble Group. Ia menjami, konsumen akan terus kembali ke gerai yang menyediakan layanan ulang. Atas rencana ini, pihak manajemen menyetujui dengan diterapkan pada gerai di sekitar Jabodetabek. Kerja sama antara ERHA dan Waste4Change pun dimulai.
Rupanya program ini disambut hangat oleh para pelanggan. Para pelanggan setia semakin banyak untuk membeli produk sekaligus membawa sampah untuk daur ulang. Program ini meluas ke 44 gerai di kota lainnya seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung.
"Para customer ini pada ngadu di Jakarta bisa, kita di Bandung belum bisa, di Surabaya belum bisa, di Jogja belum bisa," kenang Oemar. Data-data ini disampaikan dari layanan aduan pelanggan. Dengan demikian, untuk memaksimalkan pelayanan, projek ini diterapkan di luar Jakarta.
Di satu sisi, Waste4Change sendiri memang membutuhkan kolaborasi dan dukungan dari banyak pihak.
"Waste4Change enggak bisa sendiri. Kita butuh dukungan, misalnya dari brand yang memotivasi hal tersebut sehingga konsumennya juga lebih mudah ngumpulin sampahnya. Enggak harus datang ke lokasi kita yang mungkin jauh gitu," kata Hana. "Dari situ, pelanggan sudah bisa ngumpulin sampah kemasan kosongya."
Dengan demikian, kerja sama antara ERHA dan Waste4Change terjalin. Dalam kontrak tersebut ada perjanjian bahwa ERHA harus berkomitmen dengan keberlanjutan programnya. Sementara, Waste4Change menjamin bahwa sampah dari ERHA bisa didaur ulang.
Zat kimia yang tersisa dari botol kemasan produk ERHA harus dikumpulkan sebagai residu. Waste4Change bertanggung jawab agar limbah kimia ini tidak mencemar, dimanfaatkan daur ulang, dan tidak disalahgunakan untuk pemasluan barang yang nantinya dapat merugikan konsumen.
Begitu pula pada sampah kemasan yang menjadi utama. Sebagian akan dicacah menjadi materi baru yang dapat dimanfaatkan seperti batu bata, aspal, dan lainnya, termasuk menjadi kemasan yang sudah bersih dan aman.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR