Hingga Januari 2023, tercatat 3.743 komet yang sudah diketahui. Diperkirakan miliaran komet lainnya mengorbit Matahari di luar Neptunus, di sabuk Kuiper dan awan Oort yang jauh melampaui Pluto.
Sesekali, komet melintas di bagian dalam tata surya. Beberapa komet muncul secara teratur, sementara yang lainnya hanya terlihat sekali setiap beberapa abad. Meski banyak orang belum pernah melihat komet, siapapun yang pernah menyaksikannya pasti tak akan melupakan pemandangan langit yang luar biasa tersebut.
Komposisi Komet
Para ilmuwan mempelajari inti (nucleus), koma (coma), selubung hidrogen (hydrogen envelope), dan ekor debu dan plasma untuk mengetahui ukuran dan lokasi benda langit ber es ini.
Berikut adalah bagian-bagian utama penyusun komet:
* Inti (Nucleus)
Inti komet adalah pusat padat komet yang terdiri dari molekul beku seperti air, karbon monoksida, karbon dioksida, metana, amonia, serta molekul organik dan anorganik lainnya, termasuk debu. Biasanya, diameter inti komet hanya sekitar 10 kilometer atau bahkan kurang.
* Koma (Coma)
Ketika komet semakin dekat dengan Matahari, es di permukaan inti mulai berubah menjadi gas melalui sublimasi. Gas ini kemudian membentuk awan di sekitar komet yang disebut koma. Menurut situs web sains howstuffworks.com, koma bisa berukuran 1.000 kali lebih besar daripada inti komet.
Baca Juga: Astronom Mengungkap Bagaimana Medan Mulus Berkembang pada Komet Es
* Selubung Hidrogen (Hydrogen Envelope)
Menyelimuti koma terdapat selubung hidrogen yang panjangnya bisa mencapai 10 juta kilometer dan terdiri dari atom hidrogen. Semakin dekat komet dengan Matahari, selubung hidrogen ini pun turut membesar, demikian menurut ESA.
KOMENTAR