Narasumber lainnya, Andhyta Firselly Utami, selaku CEO dari Think Policy, mengatakan bahwa dampak dari perubahan iklim dan pencemaran lingkungan sangat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
"Dampak buruk pada kesehatan mental akibat kondisi lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan seseorang mengalami perasaan cemas dan gangguan kecemasan. Hal ini secara signifikan dapat mempengaruhi cara berpikir, mengurangi kemampuan untuk berkonsentrasi, serta menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan," jelas Andhyta.
Andhyta menyebut, terdapat langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestariann lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Langkah-langkah itu meliputi penanaman pohon secara berkelanjutan dan pemilahan sampah secara teratur.
"Penanaman pohon merupakan salah satu cara paling ekonomis dan efektif untuk menangkap karbon dioksida yang dihasilkan oleh kegiatan industri dan pembakaran. Selain itu, pemilahan sampah juga memainkan peran yang sangat penting. Kurangnya pengelolaan sampah organik dapat menghasilkan gas metana, yang berpotensi untuk meningkatkan pemanasan global hingga 25 kali lipat dari karbon dioksida,” pungkasnya.
Dalam konteks pemilahan sampah, Muhammad Rafie Setiawan, Duta SMA Provinsi Banten tahun 2023, menjelaskan bahwa di sekolahnya telah menerapkan sistem "Bank Sampah". Melalui sistem ini, siswa didorong untuk terbiasa memilah sampah sehingga lingkungan sekolah dapat terhindar dari pencemaran lingkungan.
“Di sekolah saya, kami menerapkan Bank Sampah agar sampah-sampah yang sifatnya organik dan anorganik dapat dipisahkan sehingga memudahkan penyaluran sampah ke Tempat Pembuangan Akhir,” ungkap Rafie.
Selain itu, Rafie juga mengungkapkan bahwa kesehatan jiwa di lingkungan pendidikan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh peserya didik. Kesehatan jiwa yang baik akan membantu peserta didik untuk terus semangat belajar dan produktif.
“Dengan menentukan skala prirotas yang harus dilakukan, saya dapat mengendalikan kesehatan jiwa dengan baik. Selain itu, berbicara dengan orang terdekat dan melakukan kegiatan favorit juga membantu saya mengendalikan tingkat stress di tengah padatnya aktivitas,” ucap Rafie.
Salah satu peserta gelar wicara, Anggita Gendis Novadianti, siswi SMA Negeri 108 Jakarta, merasa bahagia mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa dan kesehatan lingkungan dalam Gebyar GSS 2024.
“Narasumber yang dihadirkan dalam acara ini mampu mengomunikasikan dengan baik akan pentingnya kesehatan jiwa, sehingga saya sendiri semakin paham bagaimana cara yang tepat mengatasi dan mengelola kesehatan jiwa. Dalam kesehatan lingkungan, saya sendiri di rumah juga suka menanam pohon untuk menghasilkan kesejukan udara dan mengurangi global warming,” tutur Anggita.
Selanjutnya, Mawla Djasminetha, siswi SMA Negeri 43 Jakarta, merasa bahwa kesehatan jiwa sangat penting mempengaruhi pendidikan dan kehidupan sehari-hari. “Topik yang dibahas dalam acara ini sangat sesuai dengan kondisi pelajar SMA dan SMP, sehingga kami memiliki gambaran bagaimana untuk menjaga konsistensi belajar dan merawat lingkungan menjadi lebih baik,” tutup Mawla.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR