Nationalgeographic.co.id—“Tujuan akhir dalam pelayaran ini bukan hanya menumbuhkan minat pada sejarah kemaritiman," kata Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Ia melanjutkan, "Namun juga menggali warisan budaya kemaritiman lainnya seperti KRI Dewaruci yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan juga tapak sejarah lainnya di persinggahan pelayaran kapal."
"Lebih dari itu, kita memiliki banyak praktik-praktik tradisional yang berkaitan dengan kemaritiman, dan semua itu harus kita lestarikan,” imbuhnya.
Menurutnya, pelayaran MBJR dimulai dari refleksi terhadap kenyataan sejarah Indonesia sebagai negara maritim. Program ini berupaya memperkenalkan dan menelusuri kembali jejak sejarah kemaritiman Indonesia.
Hilmar melepas 29 Laskar Rempah dalam pelayaran Batch-1 Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) 2024 dengan rute Jakarta – Belitung Timur – Dumai. Pelepasan pelayaran ini berlangsung di Lapangan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta pada Jumat, 7 Juni.
Ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan MBJR 2024, khususnya untuk TNI Angkatan Laut yang sudah bekerja sama dalam tiga tahun terakhir dalam pelayaran MBJR.
“Kita bukan hanya sekedar menghidupkan kebudayaan masa lalu, namun juga ada kaitannya dengan masa depan. Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai sumber daya maritim sangat luar biasa, untuk itu sudah sepatutnya kita lestarikan dan membawa kemajuan bagi Indonesia,” pungkasnya.
Kepala Staf Armada RI, Laksamana Muda TNI Didong Rio Duto Purwo Kuntjono, mengatakan bahwa melalui pelayaran MBJR 2024 semoga KRI Dewaruci menjadi duta bangsa dalam memperkenalkan kembali kejayaan maritim dan kekayaaan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
“Berlayarlah dengan sungguh-sungguh, selalu diiringi dengan doa agar sasaran pelayaran dapat tercapai,"ujar Didong yang mewakili Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL).
Ia menambahkan, "Optimalkan penggunaan media sosial dengan bijak untuk membangun citra positif TNI AL, serta bangun kebersamaan sesama peserta yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia.”
Baca Juga: Para Arkeolog Akan Kembalikan Kisah yang Tertinggal dari Jalur Rempah
Didong berharap seluruh peserta MBJR agar dapat mengambil manfaat untuk mempelajari sejarah dan budaya Jalur Rempah secara mendalam. “Jadikan MBJR 2024 ini sebagai momentum kebangkitan jiwa Bahari putra putri bangsa Indoenesia,” pungkasnya.
Adi Wicaksono, Kurator Program MBJR 2024, Muhibah Budaya Jalur Rempah akan menyalakan ingatan dan kebanggaan akan jati diri sebagai bangsa bahari dengan memperkuat tali ke-Indonesia-an. Tujuan itu dicapai melalui kehangatan persahabatan, asimilasi pengetahuan, budaya dan peradabaan, serta diplomasi di setiap pelabuhan Jalur Rempah.
“MBJR 2024 juga menjadi wadah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan Jalur Rempah sebagai modal meningkatkan kesejahteraan bersama yang lestari," ujar Adi. "Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyiapkan Jalur Rempah sebagi warisan dunia untuk memperkuat diplomasi, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai poros maritim dunia."
Sebelum melakukan pelayaran, para Laskar Rempah terlebih dulu memahami Jalur Rempah dan sejarah dari tempat persinggahan pelayaran. Salah satu Laskar Rempah asal Jawa Barat, Fasha Maulana, merasa bangga terpilih mewakili pemuda Provinsi Jawa Barat menjadi Laskar Rempah MBJR 2024. Keikutsertaannya dalam kegiatan ini merupakan bentuk nyata untuk berkontribusi mengampanyekan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia.
“Melalui MBJR 2024 ini saya juga ingin belajar dan berkolaborasi dengan rekan sesama Laskar Rempah melalui pertukaran nilai budaya. Selain dari kesiapan fisik dan mental, dalam pelayaran nanti saya juga ingin mengeksloprasi nilai budaya di Belitung Timur dan Dumai, serta saya publikasikan melalui media sosial Instagram,” ucap Fasha.
Baca Juga: Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari
Yohanes Andrianto Sir, Laskar Rempah asal Ambon, merasa semangat untuk melakukan pelayaran MBJR 2024. Ia ingin mengeksplorasi tentang Sahang atau lada putih atau hitam yang tumbuh subur di Belitung Timur.
“Melalui pelayaran ini, saya ingin melihat langsung bagaimana bentuk pohon lada, bagaimana cara pengolahannya, dan aktivitas warga dalam mengolah hasil panen lada tersebut," ujar Andre. "Selesai pelayaran, saya ingin membuat sebuah pameran kecil tentang kartu pos Jalur Rempah untuk dipublikasikan agar generasi muda sadar akan pentingnya Jalur Rempah, sekaligus mengampanyekan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia."
Megawati Abidin, Laskar Rempah asal Banda Neira, ingin menggali lebih dalam pacu jalur (lomba dayung dan mencari karakteristik perbedaan antara pacu jalur di Belitung Timur dengan Banda Neira.
“Saya ingin melihat langsung tradisi pacu jalur tersebut dan menggali bagaimana keterkaitan antara Jalur Rempah Banda Neira dengan Melayu. Saya berharap, keikutsertaan dalam MBJR 2024 ini dapat menginspirasi teman-teman di Banda Neira untuk lebih semangat untuk belajar dan mengampanyekan Jalur Rempah,” kata Mega.
Selanjutnya, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, mengatakan bahwa MBJR telah melakukan pelayaran ke Indonesia bagian timur pada 2022 dan bagian tengah pada 2023. Ia berkeinginan menyelaraskan tujuan program MBJR 2024 yaitu mengampanyekan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO.
Tahun ini pelayaran akan mengarungi titik-titik Jalur Rempah di wilayah barat yaitu Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Malaka, Tanjung Uban, Lampung, dan kembali ke Jakarta. Seluruh pelayaran dimulai pada tanggal 7 Juni hingga 17 Juli 2024.
“Program ini tidak hanya mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, namun juga memperkuat diplomasi budaya dengan negara-negara sahabat. Untuk pertama kalinya, pelayaran MBJR akan berlabuh ke Malaysia, melalui titik Malaka,” ujarnya.
MBJR 2024 akan diikuti oleh 150 orang yang terbagi dalam 75 Laskar Rempah dan peserta undangan dari akademisi, jurnalis dari media massa, penulis profesional, pegiat media sosial, pembuat konten, dan pemengaruh.
Sepanjang pelayaran, para peserta akan mengikuti sejumlah kegiatan, antara lain pameran, lokakarya, seminar, pertunjukan seni budaya, kunjungan ke situs sejarah, dialog, dan diskusi.
“Kami berharap, para Laskar Rempah dapat menggali potensi dan mengeksplorasi nilai budaya dalam setiap persinggahan pelayaran. Sehingga, nilai budaya tersebut menjadi sebuah investasi ilmu pengetahuan untuk generasi Indonesia mendatang,” ungkap Irini jelang pelepasan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR