Nationalgeographic.co.id—Ibu Kota Rusia, Moskwa, baru-baru ini dilanda wabah botulisme, sebuah penyakit langka namun serius yang berkaitan dengan keracunan makanan.
Lebih dari 120 orang telah mencari bantuan medis akibat wabah ini, dengan setidaknya 30 orang memerlukan perawatan intensif.
Menurut Anastasia Rakova, Wakil Walikota Moskwa, pada Senin (17/6/2024), sumber keracunan tersebut diduga berasal dari salad yang disebarkan oleh sebuah layanan pesan antar makanan online terkenal.
“Sebanyak 121 orang telah meminta bantuan medis,” ujarnya seperti yang dilaporkan oleh Ria Novosti, kantor berita pemerintah Rusia.
Lalu, apa itu botulisme dan seberapa bahayakah penyakit ini? Temukan jawaban lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Penyakit Neurologis yang Mematikan
Botulisme merupakan penyakit neurologis yang sering kali mematikan, pertama kali diidentifikasi di Eropa pada 1735 dan diasosiasikan dengan sosis Jerman. Nama penyakit ini berasal dari kata Latin 'botulus', yang berarti sosis.
Neurotoksin yang menjadi penyebab botulisme sangatlah mematikan; hanya satu gram saja sudah cukup untuk mengancam nyawa manusia, dan satu liternya bisa membunuh seluruh populasi manusia di bumi.
Selama Perang Dunia II, seperti dilansir dari The New York Times, beberapa negara mengembangkan toksin botulisme sebagai senjata biologis. Dikabarkan, toksin ini pernah diuji di hutan Kanada, di mana dalam enam jam semua hewan terbunuh, namun tidak pernah digunakan dalam peperangan.
Botulinum, toksin yang bersangkutan, diproduksi oleh lima jenis bakteri Clostridium botulinum. Bakteri ini banyak terdapat di tanah dan mengonsumsi materi organik yang sudah mati. Meski bakterinya sendiri tidak berbahaya jika tertelan, botulinum hanya diproduksi ketika bakteri tumbuh dalam kondisi anaerobik dengan keasaman rendah.
Kondisi ini sering ditemukan dalam makanan kaleng, sehingga produsen makanan dan pengalengan rumahan harus berhati-hati untuk mengeliminasi bakteri dan spora dengan pemanasan.
Baca Juga: Sejarah Era Victoria: Ketika Tuberkulosis Menjadi Standar Kecantikan
Bakteri ini juga bisa berkembang di lingkungan seperti rawa yang stagnan dan telah dikaitkan dengan kematian massal unggas air. Setelah masuk ke tubuh melalui konsumsi, botulinum diserap usus dan masuk ke aliran darah, lalu cepat menyerang sistem saraf.
Gejala paralisis biasanya muncul dalam 12 hingga 36 jam setelah konsumsi, dengan tanda-tanda seperti muntah, mual, penglihatan kabur, dan kesulitan menelan. Hal ini terjadi karena pada sistem saraf, botulinum menghalangi produksi asetilkolin, zat kimia yang penting untuk transmisi sinyal antar sel saraf.
Tipe Botulisme
Terdapat beberapa tipe atau jenis dari botulisme. Namun, menurut Mayo Clinic, ada tiga jenis botulisme yang sering terjadi, yaitu:
* Botulisme makanan, di mana bakteri tumbuh dan menghasilkan toksin dalam kondisi anaerobik, seperti pada makanan kaleng buatan sendiri.
* Botulisme luka, terjadi ketika bakteri masuk ke dalam luka dan menyebabkan infeksi yang memproduksi toksin.
* Botulisme bayi, merupakan bentuk paling umum dan terjadi ketika spora C. botulinum berkembang di saluran pencernaan bayi, biasanya pada usia 2 hingga 8 bulan. Meskipun jarang, orang dewasa pun bisa terkena botulisme usus ini.
Tanda dan Gejala Botulisme
Tanda dan gejala botulisme, yang disebabkan oleh Clostridium botulinum, dapat muncul antara tiga hingga 30 hari setelah terpapar spora bakteri. Pada bayi, seperti dilansir dari Cleveland Clinic, gejala bisa ringan hingga parah, meliputi:
* Ptosis atau kelopak mata yang menggantung.
* Hilangnya ekspresi wajah.
* Air liur berlebih.
* Tangisan yang lemah.
* Kesulitan makan.
* Menurunnya refleks menelan.
* Sembelit.
* Kelemahan atau hipotonia tubuh.
* Kesulitan bernapas.
Pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa, gejala biasanya bermula pada otot wajah, mata, dan tenggorokan. Tanpa pengobatan yang tepat, gejala dapat merambat ke seluruh tubuh. Tanda-tanda ini dapat muncul beberapa jam hingga hari setelah konsumsi spora botulisme, termasuk:
Baca Juga: Cocoliztli, Penyakit Mematikan Penyebab Musnahnya Suku Aztec
* Ptosis atau kelopak mata yang menggantung.
* Penglihatan ganda atau kabur.
* Mulut kering atau xerostomia.
* Bicara tidak jelas.
* Disfagia atau kesulitan menelan.
* Kesulitan bernapas.
* Kelemahan atau paralisis pada lengan dan kaki.
* Mual dan muntah.
Bagaimana Kita Bisa Tertular?
Anda dapat terpapar Clostridium botulinum melalui luka yang terinfeksi atau makanan yang terkontaminasi. Bakteri ini mengeluarkan toksin yang berbahaya jika masuk ke tubuh lewat mulut atau luka pada kulit.
Spora Clostridium botulinum banyak terdapat di tanah dan jarang menyebabkan penyakit. Namun, spora ini bisa ada pada sayuran, ikan, atau daging yang diawetkan, terutama pada makanan kaleng buatan rumah yang lebih rentan terkontaminasi dibandingkan produk toko. Bayi di bawah satu tahun juga berisiko terkena toksin dari madu.
Pencegahan Botulisme
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah botulisme, merujuk pada 3 jenis botulisme yang paling sering ditemukan:
* Botulisme makanan:
- Gunakan teknik pengalengan yang benar untuk memastikan kuman botulisme tereliminasi.
- Masak makanan kaleng buatan sendiri dengan pressure cooker pada 121 Celsius selama 20 hingga 100 menit, sesuai jenis makanan.
- Pertimbangkan merebus makanan kaleng selama 10 menit sebelum disajikan.
- Jangan konsumsi jika kemasan menggelembung atau bau tak sedap, meski tidak semua strain C. botulinum mengubah rasa atau bau.
- Makan kentang panggang yang dibungkus foil saat masih panas dan simpan di kulkas setelahnya.
- Simpan minyak infus bawang putih atau rempah di kulkas dan buang setelah empat hari.
- Dinginkan makanan kaleng setelah dibuka.
* Botulisme luka:
Untuk mencegah botulisme luka dan penyakit darah serius lainnya, jangan pernah menyuntikkan atau menghirup narkoba jalanan. Jaga kebersihan luka untuk mencegah infeksi. Jika Anda berpikir luka terinfeksi, segera cari pengobatan medis.
* Botulisme bayi:
Untuk mengurangi risiko botulisme bayi, hindari memberikan madu — bahkan hanya sedikit rasa — kepada anak di bawah usia 1 tahun.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
KOMENTAR