Desain pencahayaan serta kualitas kamera kapal selam maupun ROV di kapal OceanXplorer juga dirancang secara khusus. Desainnya dibuat oleh James Cameron, sutradara peraih Piala Oscar yang menjadi dalang di balik kesuksesan film Titanic, serial Avatar, Ghosts in The Abyss, hingga Expedition: Bismarck. Semua film layar lebar itu banyak menggunakan elemen air dan kamera bawah laut.
Dua kapal selam di OceanXplorer, yang disebut Neptune dan Nadir, juga dilengkapi dengan serangkaian peralatan sains dan media. Neptune dikonfigurasikan untuk memaksimalkan ilmu pengetahuan dengan baki yang dapat ditarik untuk memasang perangkat ilmiah. Nadir juga berfungsi sebagai studio laut bergerak, menyiarkan penemuannya ke permukaan secara seketika atau real-time kepada dunia.
Di kegiatan tur edukasi itu Egi sempat bertanya kepada Captain Peter bagaimana cara para kru OceanXplorer mengakses internet dari atas kapal, bahkan ketika berada di tengah laut. “Selama ini saya tahunya internet itu via BTS [Base Transceiver Station]. Atau pun kalau sekarang mungkin udah ada Starlink ya,” ujar Egi.
“Nah, tadi sudah dijawab sama kaptennya. Jadi sebelum ada Starlink pakai apa, dan ternyata katanya pake VSAT [antena parabola kecil yang menggunakan satelit untuk jalur komunikasinya].”
Beasiswa Pendidikan
Tak hanya mengunjungi kapal OceanX, Egi tak lama lagi juga bakal berkesempatan mengikuti program summer school ke Hungaria. “Saya juga lolos [seleksi ke Hungaria] dan itu disponsori sama Tanoto Foundation full,” ucap Egi.
Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma, mengatakan bahwa Egi dan 59 mahasiswa lainnya yang terlibat dalam tur pendidikan di kapal OceanX merupakan para penerima beasiswa Tanoto Foundation melalui program TELADAN. Melalui program ini, Tanoto Foundation tak hanya memberi beasiswa kuliah dan uang saku kepada para mahasiswa S-1 selama empat tahun, tetapi juga pelatihan kepemimpinan dan pengalaman berharga lainnya.
Sejak 2006 melalui program beasiswanya (yang kini bernama program TELADAN), Tanoto Foundation telah memberikan beasiswa kepada lebih dari 8.500 mahasiswa penerima manfaat. Program TELADAN sendiri saat ini bermitra dengan sepuluh universitas yaitu, Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Indonesia, Universitas Mulawarman, Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Riau.
“Teman-teman Tanoto Scholars juga punya kesempatan untuk summer school [ke luar negeri]. Misalnya yang beberapa kali kami lakukan adalah dengan Harvard dan Korea University. Ada juga yang ke Oxford,” jelas Inge.
Inge mengisahkan alasan Tanoto Foundation memilih untuk berfokus di bidang pendidikan adalah karena para pendirinya. “Filosofinya dari pendiri kami, Pak Sukanto Tanono dan Ibu Tinah Bingei Tanoto yang percaya bahwa pendidikan berkualitas mempercepat terciptanya kesetaraan peluang dan kunci untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Pak Sukanto sendiri waktu SMP tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena keadaan saat itu dan juga karena ekonomi, tetapi dengan kerja keras akhirnya dia berhasil mendirikan bisnisnya sendiri.”
“Lalu, setelah ia melihat bagaimana kondisi anak-anak para pekerjanya yang kesulitan mendapatkan pendidikan berkualitas, saat itulah ia tersadar untuk mendirikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar di Besitang yang menandakan juga berdirinya Tanoto Foundation. Ia juga tidak ingin ada anak-anak lain yang tidak mendapatkan pendidikan berkualtas seperti dirinya dulu,” tutur Inge.
“Setelah itu, kami berkembang dan berfokus penuh di bidang pendidikan dan menjalankan berbagai program yang dirancang sesuai keyakinan dari pendiri kami bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan kesetaraan peluang,” tutup Inge.
Demi memajukan dan meningkatkan minat terhadap pendidikan kelautan jugalah, Tanoto Foundation turut mendukung misi explorasi OceanX khususnya pada tur edukasi. Misi eksplorasi laut ke Indonesia ini sendiri dapat terlaksana melalui kolaborasi antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan OceanX.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR