Nationalgeographic.co.id— Tahukah Anda seperti apa akar sejarah hubungan antara Kekaisaran Ottoman dan Nusantara? Benarkah rencana Islamisasi Nusantara telah dipersiapkan sejak abad ke-6 dan menjadi agenda serius dengan strategi yang canggih?
Sejarah kedatangan Islam ke Kepulauan Nusantara atau tanah Melayu, seperti diungkap oleh Sayed Naquib al-Attas dalam penelitian oleh Ghazi Abdullah Muttaqien dan Husein Zaenal Muttaqien yang berjudul Understanding the Islamic Worldview of the Ottoman Empire in the History of Nusantara as an Educational Tool to Promote Peace and Harmony:
"Titik awal para sejarawan dalam upaya mereka untuk merekonstruksi sejarah Islam di Kepulauan Melayu adalah 'gagasan' bahwa Islam datang melalui jalur perdagangan. Berdasarkan fakta yang jelas ini, kesimpulan dengan cepat diambil bahwa para pedagang membawa dan menyebarkan Islam di bagian dunia ini."
Banyak sarjana berpendapat setidaknya ada enam teori tentang bagaimana Islam menyebar di Nusantara. Sebelum Islam, paganisme, Hindu, dan Buddha adalah yang paling umum karena kerajaan yang berkuasa saat itu, yaitu Majapahit, juga dipengaruhi oleh Hindu-Buddha.
Hampir semua orientalis, seperti Snouck Hurgronje, K.P. Landon, Van Leur, Winstedt, dan lainnya, percaya bahwa dampak Islam terhadap jiwa dan budaya warga Nusantara hanyalah sedikit, tipis, seperti lapisan yang mengelupas.
Mereka ingin menyatakan bahwa Islam adalah bagian negatif dalam proses pertumbuhan Nusantara. Menurut argumen mereka, mereka ingin membuat kesimpulan bahwa dampak Islam di Nusantara hanyalah seperti lapisan tipis di atas budaya asli masyarakat kepulauan tersebut.
Orientalis dari Belanda sekaligus penasihat kolonial Belanda di Nusantara, yaitu Snouck Hurgronje mengatakan bahwa Islam tiba di Nusantara pada abad ke-13, setelah runtuhnya Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad akibat serangan Mongol pada tahun 1258 M. Dia menulis:
"Ketika penguasa Mongol Hulagu Khan pada tahun 1258 M. menghancurkan Baghdad,...Islam perlahan-lahan mulai meresap ke pulau-pulau di Kepulauan Hindia Timur."
Hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Arab, hubungan dagang Indonesia dengan orang Gujarat telah berlangsung jauh lebih awal.
Dia berkata: "Agama dari Arab diperkenalkan ke Nusantara melalui perantaraan India." Sebaliknya, mengingat bahwa rute perdagangan melalui Gujarat dan Malabar, Snouck Hurgronje, D.J. Pijnappel, dan yang lainnya menyimpulkan asal-usul dari India Selatan.
Menurut G.W.J. Drewes, mazhab yang dianut oleh Muslim di Indonesia dan di Gujarat memiliki kesamaan, yaitu mazhab Syafi'i. Maquette memperkuat teori ini dengan hasil penelitiannya tentang penemuan batu nisan di Indonesia dan wilayah Gujarat.
Baca Juga: Sentuhan Militer Ottoman dalam Laskar Perang Diponegoro vs Belanda
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR