Nationalgeographic.co.id—Paus Fransiskus mengajak umat Muslim dan Katolik untuk mendorong para pemimpin dunia dalam menghadapi bahaya perubahan iklim saat mengunjungi Masjid Istiqlal, Kamis (5/9/2024).
Di masjid terbesar di Asing Tenggara tersebut, Paus mengeluarkan deklarasi bersama dengan imam besar nasional dan pemimpin agama lokal lainnya yang menyerukan “tindakan tegas” untuk mengatasi pemanasan global.
“Eksploitasi (oleh) manusia terhadap ciptaan (Tuhan), rumah bersama kita, telah berkontribusi pada perubahan iklim, yang mengakibatkan berbagai konsekuensi destruktif seperti bencana alam, pemanasan global, dan pola cuaca yang tidak lagi dapat diprediksi.”
Demikian bunyi deklarasi yang ditandatangani secara resmi oleh Fransiskus dan Imam Besar Nasaruddin Umar.
“Kami dengan tulus mengajak semua orang yang berkehendak baik untuk mengambil tindakan tegas guna menjaga integritas lingkungan alam dan sumber dayanya,” tambah mereka.
Penandatanganan deklarasi tersebut dilakukan selama kunjungan Fransiskus ke Masjid Istiqlal, sebuah bangunan berkubah yang mencakup sekitar sembilan hektar di pusat Jakarta.
Paus mengunjungi Indonesia hingga hari Jumat, sebagai bagian dari perjalanan ambisius selama 12 hari ke empat negara di Asia Tenggara dan Oseania.
Setelah Indonesia, Paus Fransiskus akan melanjutkan perjalanan ke Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura. Perjalanan panjang ini menunjukkan betapa luasnya jangkauan pesan Paus Fransiskus tentang persaudaraan, keadilan, dan pelestarian lingkungan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan hanya sebuah peristiwa keagamaan, melainkan juga sebuah momen bersejarah yang menunjukkan pentingnya dialog dan kerja sama lintas agama dan budaya dalam menghadapi tantangan global.
Pemimpin spiritual yang peduli lingkungan
Sebagai seorang pemimpin spiritual yang peduli pada lingkungan, Paus telah berkali-kali menyerukan tindakan nyata untuk mengatasi krisis iklim.
Baca Juga: Makna di Balik Salib Nusantara: Busana Liturgis Paus Fransiskus saat Ekaristi di GBK
Selama 11 tahun menjabat, Paus tidak pernah lelah untuk mendorong pentingnya upaya-upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan.
Dia berdiri tegak mendorong perjanjian iklim Paris 2015, juga telah menjadikan penanggulangan perubahan iklim sebagai fokus utama dari kepausannya.
Sebelum berangkat ke Indonesia, Paus pun sempat mengeluarkan pernyataan yang mendorong umat manusia di seluruh dunia untuk melindungi lingkungan dengan lebih baik.
"Jika kita mengukur suhu planet, (maka dia) akan memberitahu kita (bahwa) Bumi sedang demam. Dan sakit," tutur Paus Fransiskus dalam sebuah video, dikutip dari Reuters, Kamis (5/9/2024).
Untuk itulah, menurut Paus, "Kita harus berkomitmen melindungi alam, mengubah kebiasaan sendiri dan komunitas."
Apalagi, menurut Paus, saat bumi sakit, maka pihak yang paling terdampak adalah masyarakat miskin. Mereka yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim secara langsung, seperti banjir dan bencana kekeringan.
"Mereka yang paling menderita akibat bencana ini adalah orang miskin, mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena banjir, gelombang panas, atau kekeringan," kata Paus.
Dalam videonya, Fransiskus mengatakan perubahan iklim memerlukan tindakan "yang tidak hanya ekologis, tetapi juga sosial, ekonomi, dan politik".
Komitmennya ini sejalan dengan situasi Indonesia, khususnya Jakarta yang dihuni oleh setidaknya 11,35 juta orang. Bekas ibu kota negara tersebut terus berjuang melawan dampak perubahan iklim seperti banjir dan penurunan tanah.
Sebuah kondisi yang pada akhirnya menjadi salah satu pendorong pemerintah untuk membangun ibu kota baru, Nusantara, di pulau Kalimantan, yang masih berlangsung hingga saat ini.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR