"Sebagai pemulung, kumbang darkling memainkan peran ekologis penting sebagai pengurai. Namun, kebiasaan mereka sangat beragam," kata Dr Yun Li, dari Universitas Nasional Australia. Ia meneliti kisah evolusi dari kumbang gelap ini. Hasil penelitiannya ia terbitkan dalam jurnal Current Biology pada 19 Agustus 2024.
Banyak kumbang gelap beradaptasi secara khusus untuk kehidupan di gurun. Beberapa di antaranya, yang hidup di Gurun Namib di Afrika bagian selatan, dapat memanen air dari kabut. Kumbang ini bertengger di punggung bukit pasir dan mengangkat ujung belakangnya, sehingga punggungnya menghadap angin.
Ketika terganggu, beberapa kumbang (genus Eleodes) mengambil posisi bertahan dengan berdiri di atas kepala dan mengeluarkan zat kimia dari kelenjar aroma di bagian belakang yang menghasilkan bau tak sedap dan mengubah kulit menjadi cokelat.
Beberapa spesies dapat terbang dan mungkin tertarik oleh cahaya di malam hari. Tapi banyak spesies yang tidak bisa terbang; beberapa memiliki elytra (sayap depan seperti cangkang) yang menyatu, tanpa terlihat adanya belahan di bagian belakang. Spesies dengan sayap depan yang menyatu sangat umum di habitat gurun.
Meskipun gurun memiliki sifat yang keras, beberapa organisme telah mengembangkan adaptasi fisiologis, morfologis, dan perilaku untuk bertahan hidup di lingkungan ini.
Dengan memeriksa adaptasi evolusioner yang memenuhi tuntutan multifungsi lingkungan gurun, wawasan yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat teknologi adaptif bagi eksplorasi lingkungan yang ekstrem.
Source | : | Science Daily,The Wonder of Science |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR