Keberuntungannya bangkit kembali ketika ia ditarik keluar dari masa pensiunnya untuk turut dalam Pemberontakan Yahudi pada tahun 67 M.
Ia kemudian disibukkan dalam pemberontakkan ketika Nero dipaksa turun dari kekuasaan dan bunuh diri pada tahun 68 M. Dalam perebutan kekuasaan berikutnya, gubernur dan jenderal yang bersaing naik takhta secara berurutan.
Pada bulan April tahun 69 M, tahun itu sudah menjadi masa-masa senja bagi seorang prajurit. Titus yang saat itu berusia enam puluh tahun—sudah tua menurut standar zaman itu—kemudian mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar.
Selama masa pemerintahannya, Vespasianus melakukan berbagai reformasi yang signifikan, termasuk pembaruan fiskal dan penguatan angkatan bersenjata Romawi.
Ia juga memulai sejumlah proyek pembangunan besar, termasuk pembangunan Koloseum di Roma, yang menjadi salah satu simbol paling terkenal dari kekuatan dan kemegahan Kekaisaran Romawi.
Ia mengambil gelar Vespasianus dan mengirim pasukannya ke Roma. Pada akhir tahun, pasukannya menang, dan memperoleh kemenangan terakhir yang mengamankan Kekaisaran bagi Vespasianus.
Pemerintahannya berhasil, karena ia memulihkan stabilitas dan pemerintahan yang baik, dan meluncurkan program pembangunan dan pekerjaan umum yang besar, meski di usia yang seharusnya sudah pensiun.
Vespasianus bagaimana pun dikenal sebagai orang yang cerdas dan ramah. Sebagai kaisar, ia jarang bersikap formal, tetapi memiliki sikap yang lugas dan bahkan kasar, dan berbicara terus terang.
Ia tidak pernah melupakan asal-usulnya, dan menolak godaan untuk bersikap sok tahu yang tidak disukai sebagian besar kaisar Romawi. Salah satu rencananya untuk meningkatkan pendapatan melibatkan pajak atas urinoir umum. Ya, urinoir!
Kebijakan itu lantas memunculkan cemoohan secara luas. Putranya dan pewaris tahta yang ditunjuknya menegurnya atas hal itu, dan berpendapat bahwa memungut pendapatan dari kotoran tubuh adalah tindakan yang tidak bermartabat bagi kaisar.
Sebagai tanggapan, Vespasianus memegang koin di bawah hidung putranya, dan bertanya apakah dia kemudian bisa mencium bau urin. Dia mengakhiri pelajaran dengan pernyataan: "uang tidak berbau"—yang menjadi pepatah Latin.
Kata-kata terakhir menjelang wafatnya Vespasian, sejalan dengan karakter jenakanya. Sejak Julius Caesar dinyatakan sebagai dewa setelah pembunuhannya, kaisar Romawi yang memiliki reputasi baik, didewakan setelah kematiannya.
Ketika dia berada di ambang kematian pada tahun 79 M, Vespasian, bercanda tepat sebelum dia menghembuskan napas terakhirnya: "ya ampun, kurasa (sebentar lagi) aku menjadi dewa".
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR