Nationalgeographic.co.id—Dalam rangka memperingati Hari Migrasi Burung Sedunia, Konservasi Indonesia (KI) mendukung penuh komunitas Fakfak Birding dalam upaya pelestarian alam.
Komunitas ini telah berhasil merangkum kekayaan alam Fakfak dalam sebuah buku berjudul "Burung-burung dalam Tinjauan Mbaham Matta, Fakfak". Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Obor Indonesia dan resmi diluncurkan hari ini.
Selama kurun waktu 2020 hingga 2024, para anggota Fakfak Birding telah melakukan pengamatan intensif terhadap berbagai jenis burung yang menghuni Hutan Cagar Alam Fakfak.
Hasil pengamatan mereka yang luar biasa ini kemudian disusun menjadi sebuah buku yang kaya akan informasi dan gambar. Lebih dari 70 jenis burung, lengkap dengan nilai budaya masyarakat setempat, berhasil didokumentasikan dalam buku ini.
Salah satu penemuan menarik dari penelitian ini adalah berhasilnya mengidentifikasi tiga jenis burung Cenderawasih endemik Papua yang sangat langka, yaitu Cenderawasih Kuning Kecil (Lesser Bird of Paradise), Cenderawasih Toowa Cemerlang (Magnificent Riflebird), dan Cenderawasih Belah Rotan (Magnificent Bird of Paradise). Kehadiran burung-burung cantik ini semakin memperkaya keanekaragaman hayati di kawasan Fakfak.
Ketua Fakfak Birding, Purwanto menyatakan bahwa selain menyaksikan keberadaan burung endemik Papua tersebut, sejak komunitas kami berdiri tujuh tahun lalu, di lokasi tersebut kami juga menjumpai keberadaan puluhan jenis lainnya.
"Melalui buku ini kami berharap dapat menyampaikan pesan kepada generasi muda mengenai pentingnya pelestarian burung, utamanya yang berkaitan dengan tradisi dan budaya. Dari buku ini juga kami ingin mengingatkan kembali pentingnya hubungan antara manusia dengan alam,” kata Purwanto.
Fakfak Birding, menurut Purwanto, merupakan sebuah inisiatif yang lahir pada tahun 2018 yang beranggotakan sekelompok individu dan pemilik hak ulayat yang memiliki ketertarikan yang sama dalam menjaga kelestarian satwa liar, khususnya burung-burung di kawasan cagar alam.
Lebih dari 15 anggota komunitas ini telah berkontribusi dalam mendokumentasikan berbagai jenis burung melalui lensa kamera mereka, yang kemudian dimuat dalam buku "Burung-burung dalam Tinjauan Mbaham Matta, Fakfak".
Kearifan lokal masyarakat Papua, khususnya suku Mbaham Matta yang mendiami Semenanjung Bomberai, turut memperkaya isi buku ini. Masyarakat setempat memiliki kepercayaan yang kuat terhadap makna di balik kemunculan berbagai jenis burung.
Misalnya, burung Kasuari Gelambir Ganda (Southern cassowary) dianggap sebagai penunjuk jalan yang penuh makna, namun juga dapat membawa seseorang ke arah yang salah jika niatnya buruk.
Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana Burung Temukan Sahabat Lintas Spesies saat Migrasi?
KOMENTAR