Menurut mitologinya, Hermes mengajarkan manusia seni politik, rahasia diplomasi antarnegara, dan seni militer.
Berdasarkan fakta ini, Plato menganggap bahwa seni keterampilan yang diberikan oleh Prometheus serta kemunculan Pandora dianggap lebih rendah dibanding seni politik dan militer yang dipelajari dari Hermes.
Dengan demikian, kelas sosial pekerja menempati hierarki yang lebih rendah dibandingkan politisi dan militer, yang langsung mengurusi kesejahteraan dan perlindungan kelas sosial lainnya.
Dalam pandangan Plato, ada gagasan tentang perlunya pemisahan antara semangat kolektif, yang khas bagi politisi dan militer, dan semangat kepemilikan pribadi, yang khas bagi pengrajin dan petani.
Perbedaan ini sejalan dengan Teori Dua Dunia yang diajukan oleh Plato dalam seluruh karya filsafatnya, yang menggambarkan Dunia Atas yang terdiri dari ide-ide atau bentuk-bentuk sempurna yang tidak berubah dan Dunia Bawah, dunia fisik yang kita tinggali, terdiri dari salinan atau bayangan dari ide-ide sempurna di dunia atas.
Politisi dan militer sebagai murid Hermes harus dipandu oleh visi ideal yang berada dalam dunia ide yang dekat dengan transendensi ilahi.
Sementara, petani dan pengrajin menerima status sebagai manusia di dunia imanen, yang harus bertahan hidup dan memperbaiki standar kehidupan sehari-hari.
Mereka memiliki kesadaran yang terikat kuat pada realitas materialistis dan pragmatis. Nilai-nilai mereka tidak terkait pada ide-ide tentang dunia spiritual atau makna yang lebih dalam dari eksistensi. Mereka lebih fokus pada apa yang langsung bermanfaat dan dapat diolah untuk kesejahteraan.
Mereka memiliki tujuan yang praktis, seperti mengeksplorasi, mengambil manfaat, atau mengelola sumber daya alam untuk mendukung kehidupan.
Jadi, dalam pandangan Plato, dari interpretasi mitos Prometheus seperti yang sampai melalui kisah Socrates dan Protagoras, dapat dikatakan bahwa kebijaksanaan ideasional atau kecerdasan ide harus dimiliki oleh politisi dan militer profesional, sementara kecerdasan teknologi dimiliki oleh para pengrajin dan petani.
Dengan kata lain, Plato berpendapat bahwa penguasa harusnya mewakili kebijaksanaan, militer dengan keberanian, dan pengrajin dengan kerja keras.
Baca Juga: Goethe, Prometheus, dan Pemberontakan Tertinggi Umat Manusia
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR