Nationalgeographic.co.id—Banyak sastra atau mitologi Yunani Kuno menceritakan tentang Prometheus, salah satu dewa Yunani yang menantang dan mencuri api Zeus untuk umat manusia dan menipu Zeus dengan daging sapi untuk pengorbanan.
Carol Dougherty dalam bukunya Prometheus menjelaskan bahwa penyair Yunani bernama Hesiod meciptakan mitos Prometheus dalam karyanya yang berudul Theogony.
"Puisi-puisi Hesiod menggunakan kisah Prometheus pertama-tama untuk menceritakan pemisahan manusia dari para dewa, dan kemudian untuk mengkaji konsekuensinya," ungkap Dougherty.
"Meskipun Theogony merupakan syair mengenai asal-usul, namun tidak membahas penciptaan manusia secara aktual. Tindakan Prometheus dalam syair tersebut bukan menciptaka manusia, melainkan menekankan kondisi manusia yang kontras dengan kehidupan para dewa yang kekal dalam kebahagiaan," paparnya.
Dalam Works and Days, Hesiod menggabungkan cerita Prometheus dengan kisah lima zaman manusia – kisah kejatuhan moral manusia dari zaman keemasan hingga zaman besi.
Dalam mitologi Yunani, Pandora tidak hanya sebagai wanita pertama yang diciptakan dari tanah dan air, tetapi juga adalah alat murka Zeus. Pandora dianggap sosok dari mitologi Yunani yang bertanggung jawab melepaskan penyakit umat manusia ke dunia.
Keberadaan Pandora seakan menjelaskan kondisi kehidupan manusia sekarang. Bagian akhir Works and Days menceritakan penciptaan Pandora yang mengingatkan pada kisah persembahan dalam Theogony.
Layaknya tipuan daging sapi yang dilakukan Prometheus ke Zeus, paras Pandora begitu cantik luar biasa, namun sifat jahatnya membuat manusia binasa. Peran Pandora sebenarnya sejalan dengan api Promethean.
Ia diciptakan karena pencurian api dan seperti api pula, ia selalu lapar dan ingin melahap apapun. Kelaparan juga menjadi tema utama untuk menghubungkan Pandora dengan adanya praktik pertanian. Selain kebutuhannya akan makanan, perut wanita, seperti bumi, dapat menciptakan kehidupan.
"Sifat dualisme dalam diri Pandora merupakan simbol ambiguitas mendasar eksistensi manusia. Diciptakan oleh para dewa melalui penipuan dan tipu muslihat, Pandora menjadi representasi pertentangan yang hadir dalam kehidupan manusia," ungkap Hesiod.
Baca Juga: Prometheus, Satir, dan Api:
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR