Nationalgeographic.co.id—Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini sedang mengembangkan sistem penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) berbasis analisis data video. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran komunikasi antara penyandang disabilitas pendengaran (teman tuli) dengan masyarakat umum.
Perekayasa Ahli Muda Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN, Edy Maryadi, menjelaskan riset ini berfokus untuk mengatasi tantangan komunikasi yang kerap dihadapi oleh teman tuli dalam berinteraksi dengan masyarakat yang tidak memahami bahasa isyarat.
Edy menjelaskan, sistem ini dirancang untuk menerjemahkan gerakan bahasa isyarat menjadi teks atau audio, sehingga dapat memfasilitasi komunikasi antara teman tuli dan teman dengar.
“Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada penerjemah bahasa isyarat yang jumlahnya masih terbatas,” kata Edy seperti dikutip dari lansiran laman BRIN Oktober lalu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, penelitian ini memanfaatkan teknologi komputer visi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memproses dan menginterpretasikan gerakan bahasa isyarat. Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan model AI seperti Convolutional Neural Network (CNN).
Model ini dilatih dengan data video gerakan bahasa isyarat untuk memastikan bahwa sistem dapat mengenali dan menerjemahkan berbagai bentuk isyarat dengan tingkat kesalahan yang minimal.
“Pengembangan sistem ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan komunikasi antara teman tuli dan teman dengar. Dengan menggunakan analisis data video, kami berharap sistem ini dapat menjadi alat yang efektif dan mudah digunakan oleh masyarakat luas,” jelas Edy.
Proses pengembangan mencakup akuisisi data video, pra proses data model AI, dan pengujian sistem untuk memastikan keakuratan penerjemahan dalam berbagai konteks komunikasi.
Edy menambahkan, pengembangan Model AI Penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia BISINDO adalah interpretasi inputan data video hasil akuisisi. Dalam pemgembangan berbasis AI, setelah akuisisi data terdapat tiga tahapan yang dilakukan.
“Tahap pertama adalah tahap pra proses atau persiapan data sebagai input model yaitu fragmentasi video dan labelisasi. Selanjutnya tahap ekstraksi fitur di mana dilakukan rekayasa fitur yaitu proses memilih dan menentukan serta menganalisis atribut-atribut data yang dapat dijadikan ciri khusus dari data sebagai patokan model yang membedakan satu data dengan data lainnya," jelas Edy.
"Tahap kedua adalah tahap pengembangan model yakni proses membangun model yang nantinya digunakan sebagai interpretasi terhadap inputan citra gerakan bahasa isyarat hasil rekaman menjadi teks. Tahap akhir adalah tahap evaluasi atau pengujian model,” tutur Edy lagi.
Baca Juga: Kisah Ryoichi Mita, Keturunan Samurai Jepang Jadi Penerjemah Alquran
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR